Merauke, PUBLIKASI – Harga diri kami tidak mau dibeli dengan sejumlah uang atau berupa barang, kami punya prinsip, kami masyarakat kecil, kami Petani, kami perlu kemajuan daerah kami, kami perlu masa depan kami. Demikian ujar salah seorang warga kampung Sumber Mulya, Distrik Kurik Kabupaten Merauke atas nama Arif Wijaya.
Arif Wijaya mengaku bahwa dirinya menerima sejumlah uang dan satu paket korek gas dengan asesoris politik oleh salah seorang tim pemenangan pasangan Calon Bupati dan Calon Wakill Bupati Merauke. Sabtu (05/12/2020).
Menurutnya setelah uang berumlah sekitar Rp. 5.000.000 tersebut diberikan anggota tim pemenangan dari Kandidat Calon Bupati Merauke Nomor Urut 01, Hendrik Mahuze dan Edi Santosa (Hermes) Lengkap dengan satu Set Korek yang bergambar pasangan Hermes.
Dirinya mengatakan bahwa awalnya ia tidak menyangka akan diberikan uang sebab oknum tim sukses tersebut mengatakan akan datang ke rumahnya hanya untuk melakukan silaturahmi.
“Ada salah satu tim sukses kandidat yang memang ada niatan dari beberapa hari untuk main ke rumah saya, dan ternyata memang beliau datang. Sebelum main kerumah saya tanyakan kepentingannya terkait apa, dan beliau menyampaikan bahwa dirinya berada di tim pemenangan nomor satu,” ucapnya.
Menurutunya dari pertemuan itu oknum Tim Pemenangan itu menintipkan uang berjumlah Rp.5.000.000; dan satu dos korek gas yang telah dibungkus dengan stiker yang bergambar pasangan Hermes.
“Jadi barang itu dipaksa ditipkan di kami dan waktu itu menolak karena yang jelas kami itu bukan timnya dan saya arahkan untuk diberikan kepada tim nya, tetapi yang bersangkutan menjawab bahwa tim yang mereka punya sudah disiapkan tersendiri,” ujarnya.
Setelah uang itu diberikan Oknum tim sukses tersebut sempat meminta, agar ia dapat membantu mengarahkan pendukung pasangan Calon Bupati nomor urut 03 agar mengalihkan dukungnya ke kandidat nomor urut 01.
“Yang disampaikan kepada saya adalah ini uang saya titip kalau bisa teman-teman dari tim nomor tiga bantu kami geser di tim nomor satu dan tidak ada permintaan lain untuk membagikan uang itu di Masyarakat dan tidak ada arahan kegiatanya,” ungkapnya.
Menurutya setelah dipaksakan untuk menerima pemberian uang dan korek gas tersebut, dirinya langsung mengumpulkan teman-temannya dan berembuk terkait ada salah satu tim pemenang yang datang untuk memberikan sejumlah uang kepadanya.
Menurutya sontak teman-temannya marah, kaget, dan merasa terhina atas perlakuan tersebut, sebab hal ini berpotensi merusak persatuan di antara mereka.
“Teman – teman Kaget dan marah karena harga diri kita tidak pernah dibeli dengan sejumlah uang, kita menang kalah tetap punya prinsip. Uang kita kembalikan karena kita tidak mau uang itu dan kalau tetap ada uang ini maka tim kita akan bubar,” tegasnya.
Sehingga untuk menyikapi itu dirinya bersama teman-teman bersepakat untuk megembalikan uang dan satu dos korek gas kepada oknum tim sukses tersebut.
“Saya telepon menyampaikan bahwa teman-teman marah dengan titipan ini dan mau tidak mau uang ini akan saya kembalikan dan beliau menjawab tidak usah biarkan saja disitu, atur, saya tidak mau punya beban dosa dan tanggung jawab.Saya bilang nanti saya antar, tapi beliau katakan sedang keluar dan saran beliau titip saja ke tim pemenangan yang ada dipihak sebelah,” jelasnya.
Namun dirinya enggan untuk memberikan uang tersebut kepada tim sukses 01 yang berada di kampung tersebut, sebab dirinya takut jika nanti uang itu akan disalah gunakan. Demikian Arif Wijaya. **