Bandung, PUBLIKASI — Ribuan warga Jawa Barat mengikuti sesi konseling dalam jaringan (online) yang diselenggarakan Gerakan Titik Koma bekerja sama dengan DPW Partai NasDem Jawa Barat, akhir pekan lalu. Tidak sedikit di antara mereka merupakan penderita gangguan kesehatan mental terutama akibat pandemi Covid 19 yang saat ini masih terjadi.
Enam psikolog dan pembicara lainnya dihadirkan untuk memotivasi mereka agar mentalnya kembali pulih. Salah satu pembicara yaitu Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Emil menyatakan, saat ini banyak masyarakat yang mentalnya terganggu terutama akibat pandemi Covid 19. “Gangguan kesehatan mental tak memiliki segmen tertentu, dari anak-anak sampai pemimpin. Selama 1,5 tahun agenda saya covid. Tiap hari, tiap minggu, tiap bulan, sampai saya mimpi pun covid,” ujar Emil.
Ia menambahkan, sepanjang pandemi Covid-19, tercatat 60 persen warga Jabar mengalami tekanan psikis, cemas, dan khawatir. Selain itu, terdapat 5.000-an anak yatim dan yatim piatu yang ditinggal orang tuanya karena meninggal dunia akibat Covid-19.
Bahkan, kata dia, 80 persen di antaranya sudah memasuki fase depresi. “Dari konsultasi, 80 persen sudah menyatakan level depresi. Orangtua tidak bisa ajari anak (belajar daring). Orangtua kena PHK. Bansos tidak sesuai harapan. Makanya perceraian naik di Jawa Barat,” katanya.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya meluncurkan berbagai program untuk membantu warga yang mentalnya terganggu. Emil pun memotivasi peserta yang hadir agar tetap optimistis dalam menjalani hidup. Salah satunya dengan menganjurkan agar memiliki tujuan hidup.
Sedangkan penggagas Gerakan Titik Koma, Zahra Najwa, mengatakan, pihaknya fokus membantu menangani kesehatan mental masyarakat terutama di saat pandemi ini. Terlebih di masa krisis seperti saat ini semakin banyak masyarakat yang kesehatan jiwanya terganggu.
Katanyaini dapat dilihat dari banyaknya pendaftar layanan konseling untuk mengobati penyakit mental yang diderita. “Hanya dalam dua hari setelah kami membuka pendaftaran, ada 1.000 pendaftar. Akun medsos kami yang baru berusia dua minggu juga langsung diikuti 50 ribu (warganet),” katanya.
Bukan hanya karena merosotnya kondisi ekonomi, menurut dia gangguan mental ini terjadi karena semakin berkurangnya interaksi di antara masyarakat. Dengan begitu, berbagai tekanan hidup yang dialami masyarakat hanya dipendam sendiri sehingga semakin memberatkan beban psikis mereka.
Dan jika tidak segera ditangani, kata Zahra, para penderita akan melakukan hal-hal yang mengkhawatirkan seperti menyakiti diri sendiri hingga orang lain. “Bisa ke mana-mana. Pikiran bunuh diri, narkoba, alkohol, termasuk berontak mengancam keselamatan orang lain,” katanya.
Sedangkan Saan Mustopa Ketua DPW Partai NasDem Jawa Barat menyadari, saat ini layanan pemerintah untuk mengatasi persoalan ini masih tergolong minim. “Kami berharap pemerintah memperbanyak layanan konseling gratis. Karena masyarakat tidak mampu sangat sulit untuk mengakses psikolog,” katanya. Yati