Jakarta, Publikasi – Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi mengklarifikasi soal pernyataannya terkait penyebaran paham radikalisme, oleh anak muda berparas menarik (good looking) yang pandai berbahasa Arab, penghafal Alquran dan menguasai Islam, kepada pimpinan dan anggota Komisi VIII DPR di Rapat Kerja (Raker) Komisi VIII DPR.
Meskipun pernyataan itu disampaikan dalam diskusi di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenpAN RB). Menag pun mengakui kesalahannya karena tidak waspada.
Menag menjelaskan, acara tersebut bertajuk “ASN No-Radikalisme” yang mana temanya ditentukan oleh MenPAN RB Tjahjo Kumolo. Di situ, ia memaparkan, untuk memastikan ASN tidak memiliki paham radikal maka ada 3 hal yang harus diperhatikan yakni, rekrutmen, pendidikan lanjutan yang dilakukan pemrintah dan saat ibadah.
Kemudian, ada salah seorang yang bertanya, kenapa berbicara ibadah tetapi hanya menyinggung soal masjid saja.
“Karena pada saat jam kerja ASN hanya berhadapan dengan masjid, tidak ada ibadah lain yang dilakukan pada saat jam kerja. Jadi kalau saya bicara rumah ibadah kemudian saya bicara lebih lanjut tentang masjid, karena masjid yang digeluti ASN pada saat hari kerjanya, tidak ada gereja di situ dan dan rumah ibadah lainnya,” kata Menag di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (8/9).
Menag menjelaskan, hampir semua ASN melaksanakan ibadah solat di masjid dan saat solat Dzuhur pasti ada kultum dan saat solat Jumat ada khutbah. Jadi, pengurus masjid juga sebaiknya dari kalangan ASN karena kalau dari luar akan riskan. Dia pun menyebut soal mewaspadai paham radikalisme lewat memasukkan orang ke dalam masjid di lingungan kementerian/lembaga (K/L).
“Kalau punya niat tidak baik dengan memasukkan anak-anak dengan good looking, punya pengetahuan agama baik, bahasa Arab baik, sehingga orang akan tertarik. Kemudian setelah itu mulai mengembangkan ajarannya,” terangnya.
Karena itu, mantan Wakil Panglima TNI ini membantah bahwa dirinya anti dengan orang yang good looking, pandai berbahasa Arab, agama dan menghapal Alquran. Tapi lebih kepada kehati-hatian dalam memilih orang sebagai pengisi ceramah di masjid. Karena, dalam dunia intelijen internasional juga memiliki cara yang sama untuk memasukkan orang dalam komunitas tertentu. Pasti dipilih orang yang good looking dan punya pengetahuan luas.
“Kalau Menag enggak suka yang hafal Alquran, kita kerja sama luar biasa dengan UEA untuk memperbanyak pengafal Alquran kita. Acara terakhir menteri Saudi Arabia saksikan pemberian hadiah lomba penghapal Alquran, baru kali ini ada Menag lomba penghafal Alquran duduk mendengarkan. Biasanya yang dulu-dulu mohon maaf memberikan hadiah langsung pergi,” ungkapnya.
Namun demikian, dia mengakui bahwa itu kesalahanya, ia tidak mengetahui bahwa itu forum publik. Dan karena acara internal ASN, dirinya mencontohkan seperti itu. Memang menyedihkan ada yang menyusup dengan mempergunakan orang dengan pengetahuan agama tinggi tapi membawa paham radikal. **
Klarifikasi Soal Good Looking, Menag Fachrul Akui Kesalahannya
September 8, 2020