KBP Yuliar Kus Nugroho, S.I.K., M.Si.: Green Ekonomi Dukung Swasembada Pangan Petani Dipaksa Kaya

Jakarta, PUBLIKASI – Strategi Pentahelix menjadi kunci ketahanan pangan di Indonesia. Untuk mewujudkannya, harus bisa menjawab konsep Green Ekonomi, salah satunya terkait Nilai Tambah Petani (NTP) dengan over produksi hasil pertanian perhektarnya, khususnya padi.

Sebuah konsep yang briliian dari Pimpinan Negara Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmen dalam pemerintahannya untuk mendorong kemandirian bangsa salah satunya dengan swasembada pangan. Untuk menggarap program ketahanan pangan nasional ini, Pemerintah melibatkan  stake holder termasuk unsur TNI dan Polri. Polri sendiri secara resmi sudah membentuk Gugus Tugas Ketahanan Pangan yang akan menjalankan sejumlah program.

Kalabproftekpol Waket Bid. PPITK STIK Lemdilat Polri KBP Yuliar Kus Nugroho, S.I.K., M.Si., seperti yang dikutip Koran Publikasi.com dari Majalah Bhayangkara STIK Lemdiklata Polri Edisi Desember 2024, mengatakan sinergi pentahelix atau kolaborasi lintas sektor dari hulu ke hilir, menjadi kunci untuk mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia. Keterlibatan secara bersama sama, Kementerian Pertanian sebagai leading sektor yang didukung Kementerian Desa, Kemendagri, Kemenkeu, Kementerian BUMN, Kementerian ATR/BPN, Menteri PU, BRIN, TNI, Polri, Pengusaha, Gubernur, Bupati, Walikota, Kepala Desa, dan para petani itu sendiri akan menjadi sebuah optimisme untuk mewujudkan swasembada pangan.

Kebersamaan pemahaman dan cara bertindak akan menciptakan upaya upaya yang terintegrasi, seperti ketersediaan lahan yang cukup, irigasi, pupuk hingga peningkatan akses informasi, keilmuan dan teknologi pertanian bagi petani serta sinergitas tersebut harus bisa menjawab Konsep Green Ekonomi atau Ekonomi Hijau. Ada tiga premis green economy: Pertama, Harus ramah lingkungan. Pertanian saat ini masih memakai konsep Revolusi Hijau dengan penggunaan masif pupuk kimia yang  menyumbangkan 10% gas rumah kaca yang tinggi. Jumlah pupuk kimia (macro) harus dikurangi 50% dan ditambahkan 50% pupuk tambahan organik (micro).  Kedua, Peningkatan ekonomi, dengan melalui over produksi yang akan meningkatkan Nilai Tambah Petani (NTP). Ketiga, Kesetaraan sosial. Kesetaraan sosial itu ada relevansinya dengan ekonomi. Ketika penghasilan petani naik perhektar sampai 120%, tingkat sosialnya akan naik.

“Menurut data BPS Nasional, satu hektar lahan persawahan petani hanya menghasilkan 5,4 ton per hektar padi. Namun dalam percontohan yang saya praktekkan langsung sejak tahun 2015 – 2024 selama 9 tahun, rata-rata dapat menghasilkan 12 ton/ha. Percontohan ini saya laksanakan di hampir sebagian wilayah Sulawesi Selatan, kemudian di Bali, Tangerang dan di Sumatera Barat,” ungkapnya

Artinya terjadi peningkatan over produksi sebanyak hampir 120%. Padahal KBP Yuliar seorang Polisi yang tidak mempunyai pendidikan formal di bidang pertanian,  tetapi bisa melakukannya. Artinya, inikan soal kemauan dan keinginan. Bahkan keilmuan, pendalaman, analisa bertani selama 9 tahun tentang pertanian ini sudah ia tuangkan dalam Karya Ilmiah Perorangan (Taskap) Peserta Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXV Lemhannas Tahun 2023 dengan judul, “Keberlanjutan Swasembada Beras Melalui Penguatan Ekonomi Hijau Guna Mendukung Ketahanan Pangan Nasional” dan memperoleh apreasiasi sebagai salah satu Taskap terbaik. “Sekalipun konsep ini menyangkut pangan, tidak berarti petani bisa dibiarkan sendirian. Konsep yang saya praktekkan sekitar hampir 9 tahun ini, saya analisa, dan tuangkan dalam Taskap salah satunya terkait Nilai Tambah Petani tadi, dan saya mempunyai motto ‘petani dipaksa kaya’, bagaimana petani harus kaya karena dia yang menghasilkan, tegas KBP Yuliar.

Realisasi over produksi dari 5 ton/ha menjadi 12 ton/ha ini secara teknis dan taktis dapat dilaksakan dengan transformasi sistem bertani agar berkelanjutan. Seluruh pihak agar mendukung transformasi ini, meninggalkan sistem penanaman hambur, atabele, tegelan dan menjadi sistem tanam jajar legowo 2:1. Sistem tanan jajar legowo mempunya keunggulan dengan jumlah sebanyak 213.000 pohon dari sistem tegelan yang hanya perjumlah 160.000 pohon. Selanjutnya dalam sistem pemupukan mengurangi jumlah pupuk kimia NPK (makro) dan menambahkan pupuk organik (mikro) yang sangat diperlukan tanaman.

Ketika sebuah cara atau konsep bertanam padi dapat menghasilkan dari 5 ton/ha menjadi 12 ton/ha dengan kenaikan hampir 120%, dapat dijadikan role model transformasi pertanian, dan dilaksanakan dengan Strategi Pentahelix. Para Kepala daerah yang bertemu langsung dengan petani juga harus peduli dengan melakukan demplot ( percontohan ) serempak (Reff penanganan Covid) seluruh Indonesia dan hasilnya akan dijadikan patokan keberhasilan dan sistem tanam dimasa mendatang. Cara ini, menurut mantan Dirkrimsus Polda Bali itu, akan mendorong para petani meningkatkan hasil pertaniannya menjadi dua kali lipat, karena termotivasi mendapat uang lebih banyak.

Sebagai perbandingan, saat ini luas lahan pertanian sekitar 7 juta hektar dengan luas panen sekitar 10 juta hektar dengan hasil 5 ton/ha yang akan menghasilkan 50 juta ton GKP. Dari jumlah 50 juta ton dijadikan beras menjadi  25 juta ton berkurang hampir 50% karena dari basah ke kering ( rendemen) serta adanya managemen susut dari padi sampe ke gudang penyimpanan, sementara kebutuhan akan beras di konsumsi sekitar 30 juta ton/th, sehingga pemerintah melakukan impor untuk cadangan beras. Pada saat keberhasilan role model over produksi diterapkan, 1 ha menghasilkan 12 ton dengan luas panen 10 juta ha dan nilai susut 50%, akan menghasilkan beras sebanyak  60 juta ton/th dan konsumsi hanya 30 juta ton/ha, sehingga ada surplus 30 juta ton/ha yang dapat dilakukan ekspor.

Saat ini pemerintah juga melakukan pembukaan lahan  baru. Dari sisi luas lahan, sebenarnya luas lahan pertanian yang dimiliki Indonesia masih kalah dibandingkan dengan negara-negara lain. Karena itu, pemerintah terus melakukan upaya penambahan luas lahan pertanian, seperti yang dilakukan belakangan ini di Papua sekitar satu juta hektar, termasuk pembukaan dan pemanfaatan lahan rawa di Kalimantan.

Menurut KBP Yuliar, dengan kalkulasi over produksi tersebut diatas, dan ada tambahan pembukaan lahan baru, tentunya hasil beras akan sangat lebih berlimpah lagi

“Nah inilah kira-kira gambaran yang menjadi salah satu motto saya tadi, petani dipaksa kaya dengan salah satunya cara meningkatkan Nilai Tambah Petani yang terkait penerapan dan over produksi hasil pertanian,” tuturnya.

Selain itu, untuk mempercepat transformasi, para petani juga diberikan ilmu dan konsep  pertanian secara menyeluruh. Dibentuk kelembagaan tiap daerah.  Sekarang ini ilmu bertani bisa disampaikan lewat Whatsapp, digitalisasi sudah ada dan sangat maju. Dalam hal ini, output yang diharapkan bahwa petani tahu tentang cara bertani yang benar, hasil melimpah, kesejahteraan petani tercapai. Ketika petani SDM-nya unggul, maju dan otomatis akan kaya dan sejahtera.

sudin hsb/*

 

Leave a Comment!