Jakarta, PUBLIKASI ‐‐ Presiden Joko Widodo merespons pernyataan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan tentang perannya dalam meningkatkan elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Jokowi menampik anggapan tersebut. Dia menilai kerja keras Prabowo yang berhasil mengatrol elektabilitas.
“Saya pikir-pikir naik elektabilitasnya beliau bukan karena saya. Karena beliau sendiri dan Gerindra,” kata Jokowi di Kantor DPP PAN, Jakarta, Minggu (2/4).
Jokowi mengakui memang selalu mengajak Prabowo kunjungan kerja akhir-akhir ini. Namun, ia meragukan langkah itu menjadi faktor meningkatnya elektabilitas Prabowo.
Dia justru menjadikan hal itu sebagai guyonan. Jokowi berguyon akan lebih sering mengajak Zulhas ikut kunjungan kerja agar elektabilitasnya naik seperti Prabowo.
“Jangan-jangan Pak Zul minta diajak. Sudah, minggu besok tiga kali dengan saya sudah, bulan besok,” ujar Jokowi.
Jokowi melanjutkan guyonannya, “Sebetulnya urusan yang sering saya lakukan ke pasar. Cocoknya dengan Pak Zulkifli, tetapi enggak tahu yang sering minta diajak itu Pak Prabowo.”
Presiden Jokowi juga sempat mengomentari koalisi Gerindra dan PKB. Dia mengakui berperan menyambungkan keinginan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar untuk berkoalisi dengan Gerindra. Namun Jokowi membantah dirinya berada di balik koalisi tersebut.
“Cak Imin (menyampaikan), ‘Pak, gimana kalau saya sama Gerindra?’ Ya saya kira baik-baik saja,” kata Jokowi.
Kenaikan elektabilitas Prabowo tertangkap dalam survei nasional terbaru Indikator Politik Indonesia yang dirilis pada 26 Maret lalu.
Dalam survei itu Indikator mencatat stagnasi elektabilitas Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan dan kenaikan elektabilitas Prabowo.
Data Indikator, elektabilitas Prabowo 26,3 persen pada Oktober 2022. Kemudian turun menjadi 23,9 persen pada November 2022; naik menjadi 26,7 persen pada Desember 2023. Lalu turun pada Februari 2023 menjadi 24,1 persen, dan naik menjadi 27 persen pada Maret 2023.
Survei nasional ini dilakukan selama periode Februari-Maret 2023. Responden survei merupakan WNI berusia 17 tahun ke atas yang memiliki hak pilih pada Pemilu.
Responden survei terpilih diwawancarai secara tatap muka dan berasal dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional. Kemudian, penarikan sampel survei ini menggunakan metode multistage random sampling.
Dalam periode 9-16 Februari 2023, jumlah sampel sebanyak 1.220 orang. Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 1.200 responden memiliki toleransi kesalahan sekitar kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Sementara survei dalam periode 12-18 Maret 2023, jumlah sampel sebanyak 800 orang. Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 800 responden memiliki toleransi kesalahan sekitar kurang lebih 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. *Arya