Tasikmalaya, PUBLIKASI – “ICMI Jabar memiliki komitmen dan perhatian besar dalam mendorong lahir dan tumbuh kembangnya para pengrajin dan pelaku UMKM di Jawa Barat, karena pelaku UMKM ini memiliki ketangguhan yang luar biasa dalam menghadapi aneka badai perekonomian yang melanda. Coba saja lihat saat krisis moneter melanda dunia tahun 1997/1998 dimana banyak perusahaan besar bertumbangan, tapu UMKM tetap mampu bertahan. Begitupun saat ini dimana pandemi covid 19 melanda dunia yang telah melumpuhkan berbagai sendi perekonomian masyarakat, tapi UMKM tetap mampu membuktikan eksistensinya dengan tetap bertahan dan tangguh. Dengan kata lain UMKM telah terbukti dan teruji selalu tangguh dalam menghadapi aneka ujian ekonomi ini “, ungkap Pengurus ICMI Jabar Dede Farhan Aulawi saat melakukan pendampingan di sentra pengrajin anyaman bambu “Bamburaya” di Leuwisari Tasikmalaya, Selasa (12/1).
Para pengrajin anyaman bambu di komunitas Bamburaya ini sangat unik dan menarik sehingga sering menyedot perhatian masyarakat saat mengikuti berbagai kontes dan kompetisi para pengrajin aneka karya dan produk kreatif. Termasuk saat ICMI Jabar menyelenggarakan Lomba Desa Juara sebagai salah satu bentuk perwujudan program “Satu Desa Satu Produk” di kota Santri Kabupaten Tasikmalaya beberapa waktu yang lalu. Salah satu keunikan tersebut terletak pada seni Amarikung, yaitu kostum pakaian dari anyaman bambu. Kreatiivitas aneka produk anyaman bambu tersebut merupakan produk para pengrajin yang diketuai oleh Dadang Suganda. Lokasinya terletak di Kampung Sarareuma, Desa Jayamukti, Kecamatan Leuwisari.
Ada banyak jenis produk yang dihasilkan, mulai dari aneka jenis keperluan masak, hiasan rumah, fashion dan dekor lainnya. Konsep yang dikembangkan memadukan nilai estetika seni dan ekonomi, sehingga disamping ada pendapatan finansial juga diperoleh kepuasan batiniah saat karya – karyanya bermanfaat dan dihargai oleh banyak orang. Sebagai contoh untuk produk – produk fashion dari anyaman bambu ada kostum Tanduk Minangkabau, Burung Cendrawasih (Irian Jaya), Putri Katulistiwa, dan juga kostum khas Sunda. Secara khusus para pengrajin bamburaya juga bisa membuat produk – produk tertentu sesuai dengan keinginan pemesan.
Kemudian Dede juga menambahkan bahwa keterampilan dalam membuat anyaman bambu ini sudah berlansung lama dan turun temurun diwariskan sebagai warisan keterampilan budaya. Produk – produk yang dihasilkan ini tentu ramah lingkungan karena terbebas dari unsur plastik. Termasuk mendukung upaya penciptaan laboratorium bambu untuk menjaga kesinambungan supply bahan baku dan juga menjaga kelestarian alam. Secara matematis sebenarnya bisa dihitung kebutuhan bambu per hari untuk pembuatan produk, waktu pertumbuhan yang layak tebang sampai luas area lahan yang diperlukan untuk menjaga pasokan bahan tersebut.
Produk yang saat ini banyak permintaan adalah tempat dimsum, tempat bolu, dan sebagainya. Lalu untuk mengejar pemenuhan pesanan Dede juga menyarankan penggunaan alat batu permesinan secara optimal. Namun seberapa besar pesanan, jangan sampai melupakan unsur keselamatan dalam bekerja. Oleh karena itu, penggunaan apapun alat bantunya harus memperhatikan unsur – unsur K3 sehingga kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja bisa dicegah semaksimal mungkin. Ujarnya.
“ Jadi dari pertemuan dalam program pendampingan ICMI Jabar kali ini, ditekankan (1) pentingnya kreativitas dan inovasi dalam menghasilkan produk – produk anyaman bambu yang berkualitas, (2) menjaga kesinambungan pasokan bahan baku dan menjaga kelestarian alam, lalu (3) tetap memperhatikan hal – hal yang berkaitan dengan keselamatan guna mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja, serta (4) optimalisasi penggunaan alat bantu dan permesinan guna memenuhi berbagai pesanan yang masuk “, pungkas Dede. **