Kabul, PUBLIKASI – Taliban mengundang Jepang untuk berkontribusi pada rekonstruksi Afghanistan dan kelompok yang merebut Afghanistan sejak 15 Agustus 2017 itu, menginginkan ‘hubungan baik’ antara Kabul dan Tokyo.
“Kami ingin Jepang mengambil bagian dalam rekonstruksi Afghanistan. Dan kami ingin memiliki hubungan yang baik dengan mereka,” kata Juru Bicara Taliban Suhail Shaheen kepada Kyodo News yang berpusat di Tokyo dalam sebuah wawancara, kemarin.
Taliban, lanjut Shaheen, menginginkan kerja sama dengan Jepang di berbagai bidang di Afghanistan.
Disebutkan, Tokyo telah menyumbangkan lebih dari USD6 miliar untuk rekonstruksi, pendidikan, pertanian, perawatan kesehatan, dan program bantuan lainnya ke negara itu sejak 2001. Namun, Jepang menutup kedutaannya di Kabul pada 15 Agustus dan saat ini sedang dalam proses mengevakuasi stafnya bersama karyawan lokal.
Karena itu, Taliban berharap, Jepang “akan segera membuka kembali kedutaannya di Afghanistan.” Shaheen mengulangi amnesti kepada semua orang yang sebelumnya bekerja untuk rezim Kabul yang didukung Barat yang dipimpin oleh mantan Presiden Ashraf Ghani, yang lari dari negara itu sebelum Taliban memasuki ibu kota Kabul.
“Kami, semua warga Afghanistan, harus bersatu untuk membangun kembali negara kami. Tidak ada yang ditargetkan sebagai pendukung penjajah dan kolaborator AS dan lainnya,” seru Shaheen.
Pada Senin, Taliban mengundang Korea Selatan untuk saling memberikan keuntungan dari ladang mineral Afghanistan yang belum dimanfaatkan ketika kelompok itu berusaha untuk memperkuat hubungan ekonomi dengan negara Asia Timur yang terkenal dengan industri elektroniknya.
Sebelumnya, Taliban juga mengundang China agar berinvestasi di negara itu. Pada Desember 2019, dokter Jepang terkenal Tetsu Nakamura, juga penerima Penghargaan Ramon Magsaysay Filipina tahun 2003, dibunuh oleh pria bersenjata tak dikenal di provinsi Nangarhar, timur Afghanistan. AKS