Jakarta, PUBLIKASI – “Tantangan zaman yang terkait dengan pertahanan dan keamanan hari ini dan ke depan akan semakin kompleks, variabelnya semakin dinamis karena dipengaruhi oleh banyak faktor yang seiring dengan lompatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Potensi ancaman pun akan berubah dengan cepat, baik ancaman konvensional, non konvensional (nuklir, biologi, dan kimia) sampai pada ancaman siber. Begitupun dengan perubahan lingkungan strategis yang bisa dan cepat berubah setiap saat, menuntut pengemban fungsi intelijen harus semakin trengginas, kuat, cepat, akurat dan valid dalam memantau setiap perkembangan yang bisa berimplikasi terganggunya kepentingan nasional. Disinilah tuntutan akan kualitas SDM intelijen (Humint), teknologi intelijen, dan anggaran intelijen menjadi sangat menentukan sekali“, ujar Pemerhati Intelijen Dede Farhan Aulawi di Bandung, Selasa (6/6).
Hal tersebut ia sampaikan dalam pertemuan dengan para awak media setelah dirinya menjadi narasumber dan memberikan paparan ‘Kualifikasi dan Kompetensi Global SDM Intelijen Kontemporer’ dalam pertemuan International Smart Intelligence Network (ISIN) di Jakarta. Menurutnya SDM Intelijen saat ini harus mampu dan siap menghadapi tantangan global yang sangat dinamis dan kompleks. Termasuk menghadapi era disrupsi digital yang banyak merubah desain dan struktur pertahanan negara yang berimplikasi pada potensi terganggunya kepentingan dan keamanan nasional. Bahkan varian dan diversifikasi potensi ancaman juga semakin bervariatif dan mengarah pada resesi kemanusiaan serta terganggunya keamanan global yang semakin terseret pada satu situasi yang penuh dengan ketidakpastian.
Dirinya teringat pada teori Kepemimpinan yang disampaikan oleh Warren Bennis dan Burt Nanus pada tahun 1987 terkait dengan VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) yang kemudian diberikan dalam setiap pelatihan kepemimpinan militer di US Army War College untuk menggambarkan situasi politik-keamanan yang berubah cepat sejak tahun 1990-an dan wajib diantisipasi dengan perencanaan strategis dalam menjamin keamanan bangsa dan negara.
Selanjutnya ia pun menjelaskan maksud di atas, bahwa Volatility dimaksudkan bahwa dunia saat ini berubah sangat cepat, bergejolak, tidak stabil, dan tidak terduga. Uncertainty maksudnya adalah bahwa masa depan penuh dengan ketidakpastian, sehingga sejarah dan pengalaman masa lalu terkadang tidak lagi relevan memprediksi probabilitas dan sesuatu yang akan terjadi. Complexity maksudnya adalah bahwa dunia modern lebih kompleks dari sebelumnya. Masalah dan akibat lebih berlapis, berkorelasi, dan saling mempengaruhi. Situasi eksternal yang dihadapi para pemimpin akan semakin rumit. Ambiguity maksudnya adalah bahwa lingkungan strategis yang berkaitan dengan kemanan dirasa semakin membingungkan, tidak jelas, dan sulit dipahami. Setiap situasi dapat menimbulkan banyak penafsiran dan persepsi, bahkan berkembang menjadi prasangka untuk saling menuduh, saling memfitnah dengan menggunakan berbagai instrumen informasi untuk menggiring opini dunia.
Kemudian Dede juga menambahkan bahwa VUCA menjadi tantangan yang harus dihadapi setiap pemimpin negara yang menyangkut disrupsi, tarik menarik pergeseran kekuatan barat dan timur, perubahan perilaku para pihak yang berkepentingan, serta persaingan penguasaan dan eksploitasi sumber daya alam dunia yang seringkali disamarkan dengan dalih kerjasama luar negeri atau kemitraan bisnis yang berbasis pada pengembangan alih teknologi. Kepemimpinan tradisional dinilainya saat ini sudah ketinggalan zaman, terlalu lamban, dan tidak efektif untuk lingkungan yang bergejolak dan terus berubah. Karena itu, para pemimpin negara memerlukan model kepemimpinan baru yang gesit dan trengginas untuk menghadapi empat ancaman VUCA tersebut. Disinilah peran Intelijen menjadi sangat penting untuk mencermati dan mengantisipasi segala kemungkinan yang berimplikasi pada terganggunya keamanan nasional.
Lebih lanjut Dede juga menguraikan buku ‘Leaders Make the Future’ yang ditulis oleh Bob Johansen dari Institute for the Future yang mengusulkan kerangka strategi yang dapat digunakan untuk menanggapi ancaman VUCA, yang disebut VUCA Prime, yaitu Vision, Understanding, Clarity, Agility. Dengan demikian setiap Agen Intelijen idealnya memenuhi kualifikasi dan kompetensi yang berstandar internasional, yaitu berjejaring global dan mampu mendeteksi dan menganstisipasi isu – isu sentral dunia yang meliputi spektrum ancaman “WAVES” (Waepon of Mass Destruction / WMD, Asymetric Warfare, Vital of Energy, Food and Finance, Envorenment of Cyber and Technology, and space Control). Dengan demikian untuk mampu menjawab berbagai tantangan global tersebut, maka kawah candradimuka untuk menghasilkan para agen intelijen yang berkualifikasi internasional tersebut seyogyanya melakukan review kurikulum secara berkesinambungan, evaluasi proses pembelajaran dan penilaian, ketersediaan sarana dan prasarana yang diperlukan, raw material peserta didik, dan tenaga pendidik yang memiliki kualifikasi di atas rata – rata.
“Selain soal kecerdasan, para Agen Intelijen juga harus memiliki ketahanan fisik yang prima dan kemampuan bela diri serta penggunaan senjata yang mahir. Termasuk kemampuan Closed Quarter Battle (CQB) yaitu kemampuan pertarungan atau pertempuran jarak dekat. CQB merupakan kemampuan dan kesiagaan taktis yang melibatkan pertaruangan fisik baik dengan/ atau penggunaan senjata api yang digunakan dalam jarak dekat. Situasi seperti ini sangat mungkin juga dihadapi oleh para Agen Intelijen saat melaksanakan tugas – tugas dalam menjalankan misi negara, baik dalam sebuah Tim ataupun Single Fighter“, pungkas Dede mengakhiri perbincangan.
Sungguh sebuah dedikasi pengetahuan dan pengabdian untuk bangsa dan negara dengan penguatan SDM Intelijen yang siap dan mampu menghadapi tantangan global dalam situasi VUCA. Setiap partisipasi warga negara dalam mengimplementasikan kewajiban bela negaranya bisa dimanifestasikan dalam segala bentuk, salah satunya penguatan spektrum kemampuan pertahanan negara.
“Terima kasih Kang Dede. Teruslah berbakti untuk nusa dan bangsa“, ujar para awak media yang memperoleh pencerahan luar biasa terkait wawasan Kualifikasi SDM Intelijen. RED