Covid-19 di Indonesia Nyaris Sejuta, Perlukah Lockdown Akhir Pekan?

Jakarta, PUBLIKASI – Kasus Covid-19 di Tanah Air semakin menggila. Jumlah orang yang terpapar virus asal Wuhan, Tiongkok itu, nyaris menmbus angka 1 juta kasus. Pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Jawa-Bali, tak signifikan untuk menghentikan penularan vurus di masyarakat.

Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19, terdapat 9.994 kasus baru dalam 24 jam terakhir. Dengan penambahan itu, maka akumulasi kasus Covid-19 menjadi 999.256 orang, terhitung sejak pengumuman pasien pertama pada 2 Maret 2020.

Informasi ini disampaikan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melalui data yang diterima wartawan, Senin (25/1)sore. Data juga bisa diakses publik melalui situs Covid19.go.id dan Kemkes.go.id, dengan pembaruan yang muncul setiap sore.

Pasien sembuh dan meninggal dunia Dalam data yang sama, ada penambahan 10.678 pasien Covid-19 yang sembuh dan dianggap tidak lagi memiliki virus korona. Mereka dinyatakan sembuh berdasarkan pemeriksaan laboratorium dengan metode polymerase chain reaction (PCR), yang hasilnya negatif virus korona.

Dengan demikian, total pasien Covid-19 yang sembuh sampai saat ini berjumlah 809.488 orang sejak awal pandemi.

Akan tetapi, kabar duka masih hadir dengan adanya penambahan pasien Covid-19 yang meninggal dunia. Dalam 24 jam terakhir, ada 297 orang yang tutup usia setelah dinyatakan positif virus korona. Sehingga, angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia tercatat sebesar 28.132 orang.

Sebagai informasi, di antara negara-negara Asia Tenggara, Indonesia paling tinggi kasus Copid-19. Berikut ini daftar kasus Covid-19 di Asia Tenggara per 23 Januari 2021:  Indonesia (999.256) , Filipina (513.619), Malaysia  (183.801), Myanmar (137.574), Singapore (59.308),  Thailand (13.500), Vietnam (1.548),  Kamboja (458),  Brunei Darussalam (175) dan Laos (41).

Anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay mengatakan, daripada hanya memperpanjang PPKM, lebih baik pemerintah melakukan lockdown total akhir pekan, mulai Jumat malam pukul 19.00 WIB hingga Senin pukul 05.00 pagi.

“Selama dua hari tiga malam, semua orang tidak boleh lagi keluar rumah. Itu terutama di daerah zona merah dan oranye di seluruh Indonesia. Nanti dia hanya boleh keluar lagi pada Senin jam 5 pagi,” katanya, Senin (25/1).

Dikatakan Saleh, jika semua orang berada di dalam rumah secara menyeluruh selama dua hari tiga malam secara bersamaan, diharapkan akan berdampak pada menurunnya tingkat penyebaran virus.

“Kalau misalnya tidak lockdown seperti itu, apa yang dilakukan sekarang hanya sampai jam 7 malam, kemudian aktivitas lainnya tetap, ya masih ada penyebaran disana sini. Tapi kalau lockdown enggak ada yang boleh keluar, kalau keluar diberi ketegasan denda, banyak orang nggak keluar. Jadi menurut saya itu rumusnya,” katanya.

Menurut Saleh, lockdown akhir pekan bukan hal baru. Langkah tersebut pernah dilakukan di sejumlah kota besar di Turki.

“Di kota-kota besar di Turki menerapkan dan dampaknya besar. Ada pengaruhnya, secara rasional itu ada pengaruhnya. Kalau yang sekarang kita lakukan belum cukup menghambat. Tapi kalau lockdown akhir pekan, itu bisa menghambat dan tidak mengganggu ekonomi karena orang masih bisa melakukan aktivitas ekonomi dari Senin sampai Jumat,” katanya. (Red)

Leave a Comment!