Jakarta, PUBLIKASI – Laba bersih PT Bank Central Asia Tbk atau BCA meningkat 15,8 persen secara tahunan dari Rp20 triliun pada Januari-September 2020 menjadi Rp23,2 triliun pada Januari-September 2021.
Perolehan laba ditopang oleh pendapatan operasional mencapai Rp57,6 triliun atau naik 3,1 persen secara tahunan. Terdiri dari pendapatan bunga bersih Rp42,2 triliun dan pendapatan non-bunga Rp15,5 triliun yang utamanya berasal dari fee based income mencapai Rp10,7 triliun.
Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan peningkatan laba utamanya didukung penyaluran kredit baru sejalan pemulihan ekonomi Indonesia di tengah pandemi covid-19.
“Sehingga aktivitas bisnis menunjukkan pemulihan seiring peningkatan mobilitas. Selain itu, perpanjangan relaksasi pajak sektor properti dan otomotif juga menjaga daya beli masyarakat,” kata Jahja dalam konferensi pers virtual, Kamis (21/10).
Jahja menerangkan penyaluran kredit baru bank swasta nomor wahid di Indonesia itu meningkat 13,8 persen secara tahunan. Kontribusi kredit baru membuat total kredit BCA tumbuh 4,1 persen menjadi Rp605,9 triliun.
Berdasarkan segmen, penyaluran kredit BCA berasal dari kredit korporasi yang naik 7,1 persen menjadi Rp269,9 triliun, kredit KPR tumbuh 6,5 persen menjadi Rp95,1 triliun, kredit konsumer meningkat 2,1 persen menjadi Rp144,7 triliun, serta kredit komersial dan UKM merangkak 1,5 persen menjadi Rp185,4 triliun.
Peningkatan juga terjadi pada kartu kredit sekitar 1,2 persen menjadi Rp13,9 triliun. Hanya penyaluran KKB yang turun 7,6 persen menjadi Rp35,6 triliun.
Selain kredit, bank juga mencatat ada peningkatan penempatan surat utang atau obligasi korporasi sekitar 16,1 persen. Hal ini membuat total penyaluran kredit dan obligasi naik 4,5 persen menjadi Rp630,2 triliun.
Sementara, dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat melejit 18,3 persen menjadi Rp923,7 triliun. Terdiri dari giro dan tabungan (CASA) yang meroket 21 persen menjadi Rp721,8 triliun dan deposito yang melambung 9,7 persen menjadi Rp201,9 triliun.
Jahja mengatakan tingginya CASA terjadi karena ada peningkatan transaksi ritel nasabah. Jumlahnya tumbuh 39,2 persen menjadi 45,7 juta transaksi per hari sehingga membuat nasabah kerap mengisi tabungannya agar bisa bertransaksi.
Sedangkan rasio kecukupan modal (CAR) mencapai 26,2 persen, LDR 62 persen, rasio kredit bermasalah (NPL) gross 2,4 persen, rasio pengembalian terhadap aset 3,5 persen, rasio pengembalian ekuitas 18,7 persen, dan rasio risiko pinjaman turun ke 17,1 persen.
Bersamaan dengan laba yang meningkat, pendapatan bunga bersih (NIM) ikut naik 3,3 persen menjadi Rp42,2 triliun. Tidak hanya mengerek laba, kinerja apik perusahaan turut meningkatkan total aset sekitar hingga 16,5 persen menjadi Rp1.169,3 triliun. *Arya