Akselerasi PGN Wujudkan Ekosistem Penyediaan Energi Bersih Berkelanjutan

“Pengembangan gas bumi bukan hanya tentang distribusi, tetapi juga membangun ekosistem penyediaan energi bersih yang ramah lingkungan, efisien, mandiri, dan berkelanjutan. Ini sejalan dengan target pemerintah mewujudkan swasembada energi dan ekonomi hijau melalui Asta Cita.”

Jakarta, PUBLIKASI – Sejak pukul 08.00 hingga 11.30 WIB, pada Sabtu, 21 September 2024 lalu, ratusan warga Kelurahan Aren Jaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat, silih berganti mendatangi Kantor RW.04 Aren Jaya.

 Hari itu, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), selaku subholding PT Pertamina (Persero), mengadakan “Open Booth Akbar Keminatan GasKita PGN” bagi warga RW.04, 06, 08, 18, Aren Jaya dalam rangka sosialisasi “Rencana Pengembangan Pemasangan Jaringan Gas Rumah Tangga Program Gaskita 2024”.

 Kehadiran warga dari empat RW tersebut memenuhi undangan surat berlogo “Pertamina Gas Negara”, Nomor: 304000.S/PP.03/RD1BKS/2024. Surat tertanggal 3 September 2024 ini menyebutkan, “Gaskita” merupakan program pemerintah dalam mengkonversi LPG impor ke gas bumi sebagaimana diamanatkan “Rencana Umum Energi Nasional”.

 PGN berdedikasi dalam rangka mendukung program tersebut melalui pemasangan 4,7 juta sambungan pipa gas bumi di rumah tangga pada 2025, melalui produk GasKita.

 Disebutkan, kajian teknis dilakukan secara paralel dan sebagai pelengkap dibutuhkan data keminatan warga di wilayah yang belum mendapatkan layanan Gas Pipa PGN. Keminatan pelanggan sangat dibutuhkan untuk dapat melakukan evaluasi sebagai pertimbangan pemilihan wilayah dalam melakukan pembangunan pipa gas.

 “Saat ini PGN sedang melakukan kajian rencana pengembangan Jaringan Gas Bumi. Kajian dilakukan dengan mengevaluasi kajian teknis serta keminatan pelanggan,” demikian penjelasan surat yang ditandatangani Reza Maghraby, Area Head Bekasi Pertamina Gas Negara.

Antusias Warga Sambut GasKita

Di hari “Open Booth Akbar Keminatan GasKita PGN” tersebut, tampak ratusan warga menyambut antusias dengan mendatangi Kantor RW.04 Aren Jaya. Selain menyerahkan formulir pendaftaran, mereka juga terlihat bersemangat  untuk mendapatkan penjelasan lebih detail terkait program GasKita.

Sebab–dari obrolan sesama warga—masih ada yang bertanya-tanya terkait biaya pemasangan, harga gas, keamanan hingga khawatir lantai rumahnya akan dibongkar saat pemasangan pipa. Sebaliknya, banyak juga yang sudah optimis untuk langsung mendaftarkan diri karena sudah mengetahui informasi kelebihan dan keunggulan menggunakan GasKita dari saudara atau teman yang lebih dulu menggunakan gas bumi.

“Saya daftar, ini kesempatan bagus. GasKita lebih hemat, aman dan bersih. Untungnya lagi, harga jual rumah nantinya bisa lebih tinggi dengan adanya pipa gas, seperti halnya pipa air,” kata Agus Maulana kepada sejumlah tetangganya berbagi pengalaman sesaat sebelum menuju Kantor RW.04.

Tak berbeda jauh dengan Agus, Haidar yang juga warga Aren Jaya, mengaku sudah mengisi formulir pendaftaran yang didapatnya dari Sekretaris RT-nya. Bahkan ia juga dititipi formulir oleh kerabatnya yang berhalangan hadir. Meski tinggal menyerahkan formulir, ia mengaku masih harus mendengar penjelasan dari pihak PGN agar lebih yakin.

“Ini saya sudah isi dan bawa formulir pendaftarannya, tapi agar lebih yakin saya masih ingin mendengarkan penjelasan dari petugas,” tuturnya kepada koranpublikasi.com, sesaat sebelum memasuki ruangan RW.04.

Selain di halaman, warga tampak sudah memadati ruangan RW.04, seluas dua kali lapangan voli tersebut. Ada yang berdiri dan sebagian duduk sembari menunggu giliran mendengarkan penjelasan dari petugas PGN Area Bekasi.

Di bagian depan, ada tiga petugas PGN Area Bekasi duduk terpisah memberikan penjelasan dan menjawab setiap pertanyaan warga yang mengelilinginya. Dalam setiap sesi, masing-masing petugas ini dikelilingi tujuh hingga sepuluh warga yang sudah memegang formulir dan fotokopi KTP.

Salah satu petugas itu adalah Widita, Sales dan Marketing Area Bekasi. Setelah mengenalkan diri dan mengucapkan selamat datang, ia mulai menjelaskan seputar Gaskita, mulai dari proses pemasangan hingga keunggulan dan kelebihannya.

Widita menyampaikan bahwa pemasangan instalasi pipa hingga 15m tidak dikenakan biaya, alias gratis. Apabila lebih, akan di-charge Rp83.250/meter (sudah termasuk PPN). Begitu pun biaya konversi max dua tungku juga digratiskan.

Ia kemudian menjelaskan, tidak ada pembongkaran lantai rumah saat pemasangan pipa gas. Sebab pipa gas berwarna kuning dan elastis itu akan dipasang di bawah lis plafon.

Untuk harga gas, hanya dikenakan Rp10.000/m3. Pilihan volume pemakaian mulai dari 4 sampai 50 m3 per bulan, dan apabila pemakaian di bawah 4 m3 akan tetap dikenakan 4 m3 (40.000). Disamping itu, ada juga uang jaminan Rp300.000 yang bisa dibayar 3x (100.000/bulan) dibarengi dengan pembayaran berlangganan bulan pertama sampai ketiga. Uang jaminan ini bisa dikembalikan ketika berhenti berlangganan.

Sementara periode pembayaran gas ditetapkan dari tanggal 6 hingga 20 setiap bulannya. Pembayaran sangat mudah, bisa melalui ATM Bank, Payment Point Online Bank, PT Pos Indonesia, PT Pegadaian, Alfamart, Alfamidi Indomaret, E-commerce dan E-wallet.

“Ketika ada pemasangan susulan pada saat masih dalam proses penggalian maka masih berlaku program yang sama, tetapi apabila pemasangan setelah selesai maka ketentuan programnya berbeda,” jelas Widita kepada sejumlah warga RT.02, RW.04 Aren Jaya.

Untuk keamanan, kata dia, GasKita lebih aman karena memiliki fitur pengaman. Meski demikian, ia menyarankan agar sering melihat meteran. Apabila meteran berjalan tanpa ada pemakaian harus segera dilaporkan ke pihak PGN Area Bekasi.

“Kalau meteran berjalan tanpa ada pemakaian, tutup kran dan langsung laporkan ke PGN Area Bekasi. Satu jam setelah dilaporkan, Tim Khusus Penanganan Gas akan datang ke rumah yang melaporkan,” tuturnya.

Keuntungan lainnya, suplai gas terjaga selama 24 jam, bisa digunakan untuk berbagai peralatan gas, hemat tempat karena menggunakan pipa, praktis karena cukup memutar kran gas, lebih modern dan tidak kalah pentingnya GasKita lebih bersih dan ramah lingkungan.

Setelah satu sesi selesai dan warga menyerahkan formulir, penjelasan serupa kembali disampaikan Widita dan dua rekannya kepada warga lainnya.

Tiga hari setelah PGN mengadakan “Open Booth Keminatan”, sedikitnya sudah 271 orang yang mendaftarkan diri.

“Hingga pagi hari ini, 24 September 2024, sudah mendaftar sebanyak 271 orang di Kantor RW.04,” ungkap Humas RW.04, Aren Jaya, Prayitno dalam pesan grup Whatsapp RT.02, RW.04, Aren Jaya.

 Tulang Punggung Transisi Energi Menuju NZE

Terpisah, Direktur SDM dan Penunjang Bisnis PT PGN Tbk, Rachmat Hutama, mengatakan bahwa gas bumi memiliki peran yang sangat strategis dalam mewujudkan Visi Emas 2045. Gas bumi juga menjadi tulang punggung transisi energi menuju Net Zero Emission (NZE) 2060 karena merupakan energi paling bersih dibandingkan sumber energi fosil lainnya.

 Produk gas bumi yang dikelola PGN, selaku subholding Pertamina, lanjut Hutama, dirancang untuk memenuhi kebutuhan beragam segmen pelanggan.

Untuk distribusi melalui jaringan pipa, PGN menyediakan “GasKita” yang ditujukan untuk rumah tangga, serta “GasLine” diperuntukkan bagi pelanggan industri dan komersial. Keduanya sebagai upaya memberikan akses energi yang efisien, aman, dan andal.

Di luar jaringan pipa, PGN memiliki “GasLink”, produk inovatif berbasis compressed natural gas (CNG) dan liquefied natural gas (LNG) yang memungkinkan distribusi gas bumi ke area-area yang belum terjangkau pipa.

Tak hanya itu, PGN juga menghadirkan “GasKu” untuk sektor transportasi berupa Bahan Bakar Gas (BBG), sebagai cara menghadirkan solusi bahan bakar yang ramah lingkungan dan efisien.

Dengan portofolio yang lengkap tersebut, PGN berkomitmen menyediakan energi bersih ke seluruh lapisan masyarakat.

“Pemanfaatan jaringan gas (Jargas) melalui produk GasKita adalah langkah konkret optimalisasi gas bumi di sektor rumah tangga, menciptakan akses energi yang lebih efisien dan ramah lingkungan,” kata Rachmat Hutama, kepada Abdullah Karim Siregar dari koranpublikasi.com, Senin (21/10/2024).

Ia mengungkapkan, kehadiran Jargas mendorong masyarakat memanfaatkan gas bumi untuk keperluan rumah tangga. Saat ini, PGN telah melayani Jargas rumah tangga yang tersebar di 18 provinsi dan 74 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Dari sisi jumlah, PGN telah melayani lebih dari 820.000 sambungan rumah tangga (SRT).

Di wilayah Jawa Barat misalnya, PGN telah melayani 114.943 SRT dengan volume penyaluran 1,81 BBTUD (Billion British Thermal Unit Per Day) di 11 kota/kabupaten. Meliputi Kota Bekasi, Kota Depok, Kabupaten Bekasi, Kab. Bogor, Kota Bogor, Kab. Karawang, Kab. Subang, Kab. Indramayu, Kota Cilegon, dan Kab. Majalengka.

“Ini bukan hanya tentang distribusi gas, tetapi membangun ekosistem penyediaan energi bersih yang berkelanjutan. Dengan gas bumi, kita dapat menciptakan masa depan energi yang lebih hijau, mandiri, dan berkelanjutan,” tutur Rachmat Hutama.

Pemanfaatan Jargas (GasKita dan GasLink), GasLine, dan optimalisasi BBG (GasKu) bagi masyarakat memberikan berbagai manfaat. Seperti penghematan biaya energi, penyediaan produk yang lebih praktis, nyaman, dan aman.

Selain itu, program ini mendukung pencapaian program “Langit Bersih” dengan mengurangi emisi gas rumah kaca dan meminimalkan kepadatan lalu lintas. Selain energi paling bersih dibandingkan sumber energi fosil lainnya, distribusi gas bumi ke pelanggan tidak memerlukan kendaraan operasional.

Langkah ini sejalan dengan visi besar Indonesia Emas 2045 menuju energi bersih, di mana GasKita dapat menurunkan emisi hingga 12%, sementara GasKu berkontribusi lebih besar dengan pengurangan emisi sebesar 25-30% dibandingkan energi fosil lainnya.

Sebagai bahan bakar fosil, kandungan terbesar gas bumi adalah metana (CH4), yakni 92%. Sebab itu, Gas Bumi adalah salah satu bahan bakar teraman, terbersih, dan ramah lingkungan, karena menghasilkan lebih sedikit polusi daripada fosil lain seperti minyak bumi dan batu bara.

Selain itu, Gas bumi juga lebih banyak di produksi di dalam negeri, sehingga mengurangi beban subsidi negara di bidang energi.

Keunggulan GasKita Dibandingkan LPG

Pemanfaatan gas bumi melalui GasKita dan GasLine memiliki banyak keunggulan. Diantaranya lebih praktis, karena gas disalurkan menggunakan pipa sehingga lebih hemat tempat dan praktis digunakan. Pun ketika pelanggan berlokasi jauh dari jalur pipa distribusi gas, maka PGN melayaninya dengan moda nonpipa melalui GasLink, yaitu model CNG atau LNG.

Keunggulan lainnya, pasokan gas bumi selalu tersedia 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam sepekan dengan kualitas terjamin, sehingga pelanggan tidak perlu khawatir kehabisan gas.

Pembayaran pemakaiannya pun praktis. Dapat dilakukan secara online seperti melalui Tokopedia, Gopay, Shopee dan LinkAja, serta informasi pemakaian gas dapat dilihat melalui aplikasi PGN Mobile. Dari segi harga, pelanggan bisa menghemat 20-25 persen dibandingkan gas tabung atau elpiji.

Peralatan yang dipakai pada jaringan gas terjamin aman dan lengkap, karena sesuai standar dan dipasang oleh teknisi bersertifikat. Tak sampai disitu, PGN juga melakukan pemeliharaan jaringan secara rutin demi kenyamanan pengguna.

Dari sisi emisi, GasKita (Panas Bumi) dikatakan energi hijau atau emisi bersih karena menggunakan Gas Bumi  dengan emisi karbon paling rendah, 201 gram CO2/kWh, sehingga memberikan peluang besar untuk dapat menuju Net Zero Emission. Sementata LPG, memiliki emisi karbon lebih tinggi yakni sejumah 239 gram COA/kWh.

Kedepan, PGN berkomitmen untuk menyelesaikan target pembangunan jaringan gas untuk rumah tangga atau bisa disebut dengan GasKita sebanyak 117.000 sambungan rumah tangga (SRT) pada tahun 2024 dan 200.000 SRT pada tahun 2025 di berbagai daerah.

“Untuk SPBG (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas), saat ini kami fokus pada optimalisasi karena SPBG juga tetap dibutuhkan baik untuk kendaraan pribadi maupun transportasi massal berdampingan dengan kendaraan listrik di era transisi ini,” jelas Rachmat.

Optimalisasi aset SPBG, kata dia, merupakan salah satu program strategis yang tengah didorong di PGN. Saat ini, pengisian BBG sudah dapat dilakukan di 19 lokasi di Jakarta, Bekasi, dan Bogor, dan PGN terus berkomitmen untuk memperluas jangkauan ini.

“Peran PGN sangat penting dalam masa transisi energi ini, dan kami bertekad untuk membangun ekosistem BBG yang kuat untuk kendaraan di Indonesia, berdampingan dengan perkembangan kendaraan listrik,” terangnya.

Memanfaatkan BBG, PGN dapat mendukung pengurangan emisi, menyediakan alternatif energi yang lebih efisien, dan berkontribusi signifikan terhadap pencapaian target energi bersih nasional.

Pengembangan gas bumi, lanjut Rachmat, juga sejalan dengan upaya Pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dalam mewujudkan swasembada energi dan ekonomi hijau melalui misi Asta Cita.

Baik itu berkaitan dengan peran strategis gas bumi sebagai energi transisi maupun energi baru terbarukan dalam rangka mewujudkan ketahanan energi menuju Visi Indonesia Emas 2045. Maupun peran strategis gas bumi sebagai energi transisi menuju NZE 2060.

Asta Cita sendiri adalah delapan misi Prabowo-Gibran untuk mewujudkan visi “Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045”. Misi kedua adalah “Memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru”.

Mewujudkan Energi Bersih dan Terjangkau

Rachmat Hutama melanjutkan, Pertamina melalui PGN akan terus melakukan optimalisasi pemanfaatan Jargas dan SPBG sebagai infrastruktur energi transisi untuk mencapai NZE 2060.

Dijelaskannya, setidaknya ada enam program PGN dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs).

“Dalam mendukung NZE 2060, PGN memiliki enam program strategis yang beriringan dengan dua program pengembangan bisnis PGN, pertama, berjalan di legacy business yaitu gas bumi dan kedua adalah menuju low carbon business sesuai dengan SDGs poin ketujuh yakni terwujudnya Energi Bersih dan Terjangkau,” ungkapnya.

Adapun enam program strategis tersebut adalah: Pertama, pembangunan pipa transmisi dan distribusi gas. Tujuannya untuk konektivitas antar wilayah gas bumi dan meningkatkan akses gas bagi pengguna baru.

Kedua, pembangunan Terminal Penerima LNG dan LNG Hub.

Ketiga, pengembangan Jargas untuk rumah tangga mendukung kemandirian energi. Pasalnya,  kemampuan mensupply LPG untuk kebutuhan domestik itu lebih kurang hanya 30%, sementara kebutuhannya semakin meningkat.

Keempat optimalisasi Aset SPBG karena BBG juga tetap dibutuhkan baik untuk kendaraan pribadi maupun transportasi massal berdampingan dengan kendaraan listrik di era transisi ini.

Kelima, program dekarbonisasi dengan Carbon Capture (CCS/CCUS) menuju target NZE dengan menggandeng partner strategis.

Keenam, program Energi Baru Terbaharukan  untuk keberlanjutan lingkungan dan ekonomi hijau.

“Selain itu, inisiatif PGN dalam transisi energi menuju target NZE 2060 pun akan merambah untuk ke sektor kelistrikan sebagai salah satu demand terbesar,” terang Rachmat.

Mengacu pada dokumen Bappenas perihal tahapan transisi energi menunjukkan pentingnya penggunaan gas bumi di era transisi energi utamanya pada tahun 2025-2029.

Sejumlah inisiatif nasional akan dikembangkan seiring dengan perkembangan teknologi dan lansekap regulasi, salah satunya pada pembatasan PLTU batu bara. Dengan demikian, kata Rachmat, gas bumi dapat berperan untuk mengisi perubahan penyediaan energi ke depan.

“Sebagai subholding gas PT Pertamina Persero, kami berkomitmen melanjutkan pengembangan gas bumi sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN), yang telah diatur secara lengkap, didukung penuh oleh pemerintah, serta merupakan objek vital yang memerlukan dukungan dari semua pihak untuk pelaksanaannya,” tegasnya.

Diantaranya, penyelesaian infrastruktur Jargas, seperti di Dumai-Semangkai di Sumatera serta di Jawa Tengah dan Jawa Barat yang belum terhubung. Dengan selesainya infrastruktur di wilayah ini, bukan hanya keseimbangan supply yang tercapai, tetapi juga perluasan akses energi bersih ke lebih banyak wilayah.

“Meskipun saat ini terdapat tantangan dalam penyelesaian infrastruktur Jargas, seperti di Dumai-Semangkai di Sumatera serta Jawa Tengah dan Jawa Barat yang belum terhubung, saya melihat ini sebagai peluang emas untuk mengakselerasi kemajuan kita. Setiap tantangan justru mendorong kita untuk bergerak lebih cepat dan lebih strategis dalam membangun konektivitas. Ini adalah kesempatan bagi kita untuk menciptakan dampak yang lebih besar dan memperkuat komitmen menuju masa depan energi yang lebih berkelanjutan,” pungkasnya. Abdullah Karim Siregar

 

Leave a Comment!