Capetown, PUBLIKASI – Pejabat kesehatan di benua Afrika dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan kekurangan hingga dua miliar jarum suntik. Ini terjadi karena pasokan dosis Covid-19 dan vaksinasi rutin mengalami peningkatan.
Badan PBB untuk Anak (UNICEF) mengatakan kekurangan tersebut akan mempengaruhi hingga 2,2 miliar jarum suntik sekali pakai. Jenis jarum suntik itu yang terkunci secara otomatis setelah dipakai untuk mencegahnya digunakan lagi.
“Kami tidak mengantisipasi kekurangan pasokan yang signifikan dari jarum suntik standar yang digunakan di negara-negara berpenghasilan tinggi,” kata UNICEF dalam sebuah pernyataan dilansir dari The Hindu, Kamis (28/10).
Kekurangan terancam terjadi ketika aliran dosis vaksin Covid-19 meningkat setelah berbulan-bulan penundaan ke benua Afrika. Selama ini, Afrika menjadi wilayah yang paling tidak terlindungi di dunia dengan kurang dari enam persen dari 1,3 miliar penduduknya yang divaksinasi penuh.
“Kelangkaan jarum suntik dapat melumpuhkan kemajuan. Sudah beberapa negara Afrika termasuk Afrika Selatan, Kenya dan Rwanda mengalami keterlambatan dalam menerima jarum suntik,” kata direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Afrika Matshidiso Moeti.
Selain itu, Moeti mengatakan masalah lain ialah vaksin Pfizer untuk Covid-19, yang digunakan secara luas di seluruh Afrika memerlukan jarum suntik baru dan berbeda. “Benua Afrika memiliki sedikit produsen jarum suntik dan tidak ada yang membuat Pfizer,” kata Moeti.
Pejabat kesehatan di Afrika mengatakan benua Afrika melihat tren penurunan dalam kasus dan kematian baru Covid-19 selama sebulan terakhir. Tetapi Moeti memperingatkan peningkatan lain dapat terjadi menjelang musim liburan. Tercatat, benua Afrika telah memiliki lebih dari 8,4 juta kasus Covid-19 yang dikonfirmasi. Dari jumlah itu, ada lebih dari 218 ribu kasus Covid-19 berujung kematian. *Arya