Pangdam Jaya Menduga Kelompok Anarko di Balik Kericuhan Demo UU Ciptaker

Jakarta, PUBLIKASI – Kelompok Anarko Sindikalisme diduga berada di balik kericuhan demonstrasi mahasiswa, pelajar, serta buruh yang menolak omnibus law Undang-Undang Cipta Kerja di DPR dan Istana Negara, Kamis (8/10). Masa aksi pun bukan hanya datang dari Jakarta saja, melainkan beberapa daerah di sekitar Jawa Barat.
“Nah ini dari yang pelajari ada dari Anarko. Mereka tidak memahami yang sebenarnya demo itu. Bahkan datang dari beberapa wilayah, ada yang dari Subang, Banten, Tanggerang, dan sebagainya, termasuk di wilayah Jakarta,” kata Panglima Daerah Militer Jayakarta (Pangdam Jaya) Mayjen TNI Dudung Abdurachman di Makodam Jaya, Jakarta Timur, Jumat (9/10).
Dudung menyampaikan, rata-rata yang ditangkap itu termasuk ke dalam kategori tidak terpalajar. Menurutnya, mereka yang tidak terpelajar itu disebut sebagai preman.
“Kalau mahasiswa dengan buruh setelah kita berikan brosur tentang UU omnibus law mereka memahami beberapa butir-butir yang dibahas di DPR,” tuturnya.
Pangdam pun berkeyakinan bahwasanya bukan mahasiswa yang melakukan pelemparan terhadap aparat TNI-Polri. Menurutnya, mahasiswa dan buruh sangat paham apa tuntutan yang hendak mereka bawakan dan mereka tidak ingin membuat kericuhan.
“Saya punya keyakinan ya bahwa mahasiswa dengan buruh punya misi aksi damai dan rata-rata terpelajar, paham dengan aksi yang ingin mereka sampaikan. Saya lihat yang melakukan pelemparan itu bukan mahasiwa karena kan mahasiswa itu biasanya pakai jaket almanater,” ujarnya.
Seperti diketahui, demonstrasi menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja berlangsung di berbagai daerah Indonesia pada Kamis (8/10). Di sejumlah tempat, aksi demo berujung tindakan anarkis yang berakibat rusaknya fasilitas umum.
Diantar Pulang
Sebagian mahasiswa yang melakuan aksi unjuk rasa menolak omnibus law Undang-Undang Cipta Kerja di kawasan Bundaran HI, Kamis (8/10/2020) malam selesai menyampaikan aspirasi dan hendak kembali pulang. Namun ada kesulitan untuk pulang ke daerah asalnya, seperti ke Pamulang, Tanggerang Selatan.
Melihat hal itu, Majyen TNI Dudung Abdurachman pun menawarkan tumpangan kendaraan TNI untuk mengantar para  mahasiswa yang kesulitan pulang ke rumahnya.
“Kemarin ada Marinir. Setelah diimbau oleh Pak Gubernur, para mahasiswa kesulitan pulang ke Pamulang, sehingga disampaikan akan diantar ke Pamulang. Kebetulan ada kendaraan marinir yang standby di situ, akhirnya diminta tolong untuk mengangkut mahasiswa yang akan kembali,” katanya.
Dia pun membantah anggapan dari oknum tidak bertanggungjawab yang menyebut bahwasanya TNI memberikan tameng kepada mahasiswa. Menurutnya, pihak TNI bersama-sama mengeluarkan tameng yang masih di dalam kendaraan truk agar dapat ditumpangi oleh mahasiswa.
“Kebetulan di dalam truk itu ada tameng-tameng sebagai peralatan huru hara. Sehingga tameng itu diturunkan oleh anggota dan mahasiswa itu membantu menurunkan untuk dipindahkan ke kendaraan lain. Nah bukan berarti kemudian memberikan tameng kepada mahasiswa, tameng itu dipindahkan secara sama-sama,” tuturnya.
Dia memastikan TNI mendukung penuh tugas-tugas daripada kepolisian. Tidak sama sekali, sambung Pangdam, pihak TNI hendak mencari popularitas. **

Leave a Comment!