Kiprah Bengkel Sampah Menjaga Alam Sembari Mengubah Sampah Jadi Uang

Tapanuli Selatan, PUBLIKASI – Momen Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada Juli 2022 lalu, menjadi hari yang spesial bagi Mamak Sakinah. Pasalnya, warga Lobu Layan Sigordang, Angkola Barat, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara ini, dapat melaksanakan niatnya menjalani ibadah qurban.

Istimewanya, Mamak Sakinah bisa berkurban seekor kambing berkat “tabungan sampah” yang ada di desanya. Kurang lebih selama 10 bulan menjadi anggota Bank Sampah Lobu Layan, perempuan berusia 40 tahunan ini rutin mendatangi bank sampah untuk menjual sampah berupa karton, plastik, dan kertas bekas.

Setiap kali menjual sampah, Mamak Sakinah bisa mendapatkan rata-rata Rp60.000 dalam sekali penimbangan. Sementara bank sampah melakukan penimbangan sekali dalam dua pekan atau dua kali dalam sebulan.

Dari pembayaran yang ia terima tersebut, pedagang sembako ini tidak menerima uang tunai. Akan tetapi, uangnya ditabung di bank sampah hingga tiba saatnya diambil menjelang hari berkurban pada Idul Adha 2022 ini.

Padahal 10 bulan sebelumnya, sampah berupa karton, plastik, dan kertas selalu dibakar di depan warungnya. Bahkan tidak jarang dibuang sia-sia ke parit yang mengalir ke sungai.

Sampah yang ternyata bermanfaat positif untuk kebaikan ini, juga dirasakan Nenek Nuhrin. Bedanya, anggota Bank Sampah Desa Tambiski ini rata-rata hanya mendapatkan Rp10.000 dalam setiap penimbangan. Jumlah yang sangat kecil bagi banyak orang.

Namun bagi Nenek Nuhrin yang sudah berusia 65 tahun itu, nilainya sangat besar dan berarti. Selama 12 bulan menjadi anggota bank sampah, uang hasil penjualan sampah berupa karton dan botol plastik, lebih sering digunakan untuk membayar tagihan listrik bulanannya.

Sembari bekerja sebagai petani serabutan, Nenek Nuhrin selalu rajin mendatangi bank sampah setiap ada penimbangan. Nenek yang masih memiliki tiga tanggungan ini, merasa bersyukur dengan adanya bengkelsampah di desanya.

Sebab selama ini, sampah-sampah miliknya biasanya dibuang ke parit atau dibawa dan dibuang di “pancuran”, tempat pemandian umum yang merupakan ciri khas masyarakat desa–utamanya di Tapanuli Selatan.

Kisah Mamak Sakinah dan Nenek Nuhrin, merupakan dua dari dua ratusan anggota bank sampah yang dikelola oleh “bengkelsampah”.

Bengkel Sampah

Bengkelsampah merupakan “merek” pengelolaan sampah daur ulang terpadu berbasis teknologi yang digagas dan didirikan oleh Nazamuddin Siregar–penerima Apresiasi Satu Indonesia Awards 2021 Tingkat Provinsi, kategori individu bidang lingkungan.

Pengelolaan sampah daur ulang terpadu yang dimulai dari tingkat desa adalah fokus bengkelsampah. Utamanya di wilayah Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel) yang pusatnya berada di desa Lembah Lubuk Raya, Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara.

Terpadu sendiri mencakup pengelolaan dari hulu hingga hilir. Hulunya diawali dari proses mengumpulkan sampah dari bank sampah binaan (rumah tangga), sekolah, perkantoran, restoran hingga pabrik. Sementara hilirnya adalah pabrik daur ulang di Kota Medan, Sumatera Utara yang bermitra dengan bengkelsampah.

Adapun teknologi yang diterapkan saat ini menggunakan berbagai platform media sosial. Seperti Instagram: @bengkelsampah_; Website: www.bengkelsampah.com, dan aplikasi WhatsApp (WA). Ketiga platform ini digunakan sebagai media sosialisasi sekaligus sarana transaksi.

Sosialisasi yang disebar mencakup tentang jenis-jenis sampah daur ulang, ajakan peduli lingkungan, program bengkelsampah (Sekolah Sadar Sampah, Beasiswa Sampah, Sedekah Sampah, Bayar Apa Saja Pakai Sampah) hingga isu lingkungan terkini.

Transaksi lewat aplikasi WA biasanya diawali saat masyarakat melihat dari instagram atau mendengar kabar dari orang-orang yang lebih dulu mengenal bengkelsampah. Selanjutnya pemilik sampah baru menghubungi lewat WA untuk bertanya tentang berbagai hal. Mulai dari jenis sampah yang bisa dijual hingga harganya.

“Sampah juga kita terima dari request penjemputan sampah, baik yang disampaikan melalui website, grup WhatsApp atau instagram DM. Setelah deal baru kita atur waktu penjemputannya,” tutur Nazamuddin kepada Abdullah Karim Siregar dari koranpublikasi.com, pada 25 Oktober 2022.

Teknologi ini, lanjutnya, merupakan terobosan yang dapat memudahkan masyarakat untuk menjual sampahnya. Jika selama ini sampah terbuang percuma bahkan mencemari lingkungan desa. Namun setelah bengkelsampah hadir, sampah yang tadinya tak bernilai kini menjadi sumber pendapat baru untuk menambah atau bahkan dapat memenuhi kebutuhan yang mereka inginkan.

Bayar Pakai Sampah

Proses pengelolaan sampah diawali kedatangan warga anggota bank sampah binaan atau rumah tangga membawa sampah ke bank sampah yang ada di desa masing-masing. Selanjutnya, petugas yang datang sekali dalam dua pekan ini, melakukan penimbangan dan langsung dilakukan pembayaran.

Masing-masing bank sampah di satu desa mempunyai satu direktur sebagai perwakilan bengkelsampah. Selain melakukan transaksi dengan warga, ia juga bertugas melakukan perluasan sosialisasi dan membantu penimbangan.

Selain sampah rumah tangga, ada juga program “Sekolah Sadar Sampah (S3)”, “Beasiswa Sampah”, “Sedekah Sampah”, dan “Bayar Apa Saja Pakai Sampah”, termasuk membayar tagihan listrik hingga sembako (sembilan bahan pokok).

Program S3 menyasar setiap sekolah yang ada di setiap desa. Diantaranya, SMP 1 Muara Batang Toru, Tapanuli Selatan. Melalui program ini, para siswa-siswi setempat mulai terbiasa disiplin memilah sampah sesuai jenisnya.

Kebiasaan memilah sampah antara organik dan anorganik, mereka lakukan setelah mengetahui bahwa sampah bekas jajan yang biasa dibuang di tong sampah ternyata bernilai ketika dikelola dengan benar.

Melalui “Beasiswa Sampah”, masyarakat bisa membayar uang sekolah pakai sampah. Tidak ada kata putus sekolah karena alasan tidak ada biaya. Masyarakat dapat membayar uang sekolah dengan sampah yang mereka jual.

Berikutnya ada “Sedekah Sampah” yang diterima dari berbagai lapisan masyarakat yang diorder melalui platform media sosial. Masyarakat Tabagsel bisa bersedekah atau berdonasi dengan sampah yang dimiliki. Sedekah ini dapat menjadi ladang amal untuk mendapatkan pahala sedekah.

Adapun “Bayar Apa Saja Pakai Sampah”, disesuaikan dengan peruntukannya. Misalnya, tukar sampah dengan sembako. Melalui program ini, harapannya tidak ada lagi warga yang kelaparan. Kemudian ada juga pilihan jual sampah dengan token listrik.

Sampah-sampah tersebut akan dibawa ke gudang pusat yang berlokasi di Jalan Abdul Jalil Lubis, Desa Sihoring-koring, Kecamatan Batunadua Jae, Kota Padangsidimpuan, Sumut.

Di gudang pusat ini, sampah plastik dipilah sesuai jenisnya. Ada plastik PE, plastik kresek, plastik asoy, plastik pp (kemasan), botol PET, aqua gelas. Begitu juga dengan logam. Ada besi sam-sam, besi padat, kabin, aluminium lembek, aluminium kaleng, aluminium mesin, aluminium keras, kuningan, tembaga, baterai aki.

Plastik yang sudah dipilah akan dicacah dan sampah lainnya akan di press. Setelah itu akan di packing oleh tim untuk selanjutnya dikirim ke pabrik mitra daur ulang di Kota Medan, Sumatera Utara. Pengiriman bisa dua kali seminggu dengan berat rata-rata dua ton. Nilai dari dua ton ini bisa mencapai Rp10 juta. Namun bisa juga hanya Rp2 juta.

“Untuk pengolahan kita baru ada mesin press saja, kemudian dikirim ke pabrik daur ulang di Medan. Kedepan kita ingin membuat produk kreatif dari sampah, seperti paving block dari plastik, roaster dari plastik,” terang Nazamuddin.

Langkah Perubahan

Ide awal munculnya ketertarikan untuk membangun “Pengelolaan Sampah Daur Ulang Terpadu Berbasis Teknologi” sudah ada sejak Nazamuddin duduk di semester keenam, jurusan Teknik Industri Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau (UIN SUSKA), di tahun 2016. Namun baru terealisasi pada Maret 2021.

Dikisahkannya, pada 2016, ia membuat grup Facebook dengan nama bengkelsampah. Tetapi waktu itu masih belum maksimal karena dirinya fokus pada bisnis pengolahan buah salak menjadi keripik salak. Belakangan, usaha yang diberi nama Zalacca_chips ini, kehabisan modal dan “vakum” di tahun 2020 bersamaan dengan masa pandemi Covid-19 yang juga melanda Indonesia.

Karena usahanya terhenti, anak muda berusia 28 tahun ini kemudian memutuskan pulang kampung ke desa kelahirannya, Dusun Tambiski, Desa Lembah Lubuk Raya, Kecamatan Angkola Barat. Saat berada di kampungnya, Nazamuddin mengikuti kompetisi ajang Wirausaha Muda Mandiri (WMM) di tahun 2020. Zalacca chips masuk tiga besar nasional.

Ketika kompetisi WMM itu, ia bertemu dengan sahabat lamanya bernama Abdul Latif Wahid Nasution, seorang CEO dari Kepul.id yang beroperasi di Kota Medan. Dalam pertemuan itu, Abdul mengajaknya untuk magang di tempatnya selama dua bulan.

Saat magang itu, idenya untuk membuat bengkelsampah kembali muncul. “Nah, di waktu itu saya diajak untuk magang sekitar dua bulan. Di sana muncul keinginan untuk meneruskan ide yang sudah mati suri di tahun 2016. Kenapa saya nggak buka saja di daerah karena di sana kan sampah tidak begitu diperhatikan,” kenangnya.

Tekadnya untuk kembali pulang kampung dan mengelola sampah di tingkat desa semakin bulat untuk mulai membangun bengkelsampah. Pertimbangan lainnya, keberadaan sampah masih belum mendapat perhatian khusus di desanya dan sekitarnya. Bahkan tempat pembuangan akhir (TPA), ia lihat menggunung tinggi.

Belum lagi tingkat pengetahuan masyarakat desa tentang pelestarian lingkungan dinilainya masih minim. Kebiasaan di desa, setiap pagi sembari mencuci piring bekas pakai atau mencuci pakaian di “Pancuran”, tempat pemandian umum di sungai, para ibu juga membawa sampah. Sampah itu kemudian dibuang begitu saja ke aliran sungai.

Kegaliban para ibu-ibu itu menyebabkan tumpukan sampah, bahkan sumbatan pada saluran air. Mirisnya lagi, banyak sampah yang masuk ke area persawahan dan kebun di sekitar sungai.

Keprihatinan melihat kondisi sampah di desanya, tekad Nazamuddin bulat mendirikan bengkelsampah, sebagai langkah melakukan perubahan. Pada akhirnya, keinginannya ini terwujud pada Maret 2021.

Pengelolaan sampah ini dilakukan untuk mencegah timbulan sampah, dan mengurangi kebiasaan masyarakat membuang sampah pada aliran air yang dapat merusak kebersihan area pertanian. Sekaligus memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.

Pemberdayaan Masyarakat

Di awal-awal merintis pembangunan bengkelsampah, pengelolaan sampah menyasar limbah minyak goreng. Ia mempromosikan usahanya ke sejumlah cafe, restoran, dan hotel di Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kota Padangsidimpuan, Tapsel.

Beberapa bulan kemudian, dengan modal yang didapat dari pengelolaan limbah minyak goreng, usahanya dikembangkan ke sektor kertas dan kardus hingga akhirnya kini mencakup 70 lebih jenis sampah.

Kurang dari dua tahun beroperasi, bengkelsampah kini sudah memiliki banyak program sosial dan gebrakan. Termasuk turut andil menjaga lingkungan.

Atas ketekunan dan kerja keras Nazamuddin, saat ini bengkelsampah sudah memiliki sekitar 200 anggota bank sampah yang tersebar di 10 desa, di tiga kecamatan.

Mulai dari Desa Tambiski, Padang Julu, Pintu Batu, Lobulayan (Kecamatan Angkola Barat); Ampolu, Muara Opu (Kecamatan Muara Batang Toru), dan Pijorkoling (Kota Padangsidimpuan). Ditambah tiga desa yang baru beroperasi, yakni Desa Lobu, Kampung Setia, dan Huta Baru, (Kecamatan Hutaimbaru, Kota Padangsidimpuan).

Sementara sampah yang diterima mencapai lebih dari 70 jenis. Mulai dari sampah plastik kemasan, logam, minyak goreng bekas hingga sampah partai besar, seperti sampah perusahaan (pasca industri).

Selain memiliki program-program tersebut, bengkelsampah juga memberdayakan masyarakat lokal sebagai stakeholder yang turut bersama-sama menjalankan program-program tersebut. Bengkelsampah kini memiliki tujuh orang direktur bank sampah, tiga orang untuk sortir dan packing di gudang, dua orang di bagian operasional dan manajemen.

Masing-masing direktur bank sampah digaji berdasarkan periode menimbang, yakni Rp50.000 per sekali menimbang ditambah operasional Rp1.200.000/bulan. Sementara tiga orang untuk sortir dan packing di gudang, masing-masing diupah Rp800 ribu/bulan. Mereka bekerja Sejak pukul 08.00 hingga 17.00 selama enam hari dalam sepekan.

Selain melaksanakan pengelolaan sampah, bengkelsampah juga melaksanakan program sosial. Misalnya pada 1 November 202 lalu, bengkelsampah melalui “Nurani Astra, Berbagi Untuk Negeri #Semangat Saling Bantu”–program Astra SATU Indonesia Award–mendapatkan kesempatan untuk bersama-sama menyalurkan bantuan tersebut.

Tujuannya, saling berbagi lewat paket sembako dengan masyarakat yang membutuhkan. Utamanya bagi semua nasabah bank sampah.

Diganjar SIA Awards

Bengkelsampah kini memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekaligus menjaga lingkungan desa dari sampah, serta memberdayakan masyarakat sebagai stakeholder yang turut bersama-sama menjalankan program-program tersebut.

Nazamuddin bersyukur, kebiasaan masyarakat membuang sampah ke alam perlahan mulai hilang sejak bengkelsampah yang dikelolanya mulai berjalan dan beroperasi. Bahkan, sampah yang dulu terbuang karena tak bernilai, kini menjadi sumber penghasilan tambahan.

Atas upayanya membangun bengkelsampah itu, Nazamuddin kemudian diganjar penghargaan sebagai penerima “Ajang Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2021 Bidang Lingkungan Tingkat Provinsi” dari PT Astra International Tbk yang dikenal dengan Astra.

Nazamuddin Siregar, memenangi kategori individu bidang lingkungan dengan judul kegiatan: “Pengelolaan Sampah Daur Ulang Terpadu Berbasis Teknologi”. Ia dinilai membuat gebrakan baru di daerah, bahkan di tingkat desa yang “minim” pengetahuan kelestarian lingkungan.

Diketahui, SATU Indonesia Awards adalah program pemberian apresiasi Astra kepada anak bangsa yang senantiasa memberi manfaat bagi masyarakat dalam lima bidang, yaitu Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.

Penyelenggaraan SATU Indonesia Awards (SIA), juga sebagai kontribusi grup Astra untuk berperan aktif meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia melalui karsa, cipta, dan karya terpadu, lewat produk serta layanan yang unggul dan kontribusi sosial yang berkelanjutan.

Pada tahun 2022 ini, SATU Indonesia Awards memasuki tahun ke-13, sejak pertama kali dilaksanakan pada tahun 2010.

Presiden Direktur Astra Djony Bunarto Tjondro dalam acara penganugerahan Satu Indonesia Awards 2022, di Jakarta, Jumat (28/10/2022), mengatakan, penyelenggaraan SATU Indonesia Awards merupakan wujud apresiasi Astra kepada semangat keberagaman anak muda di seluruh Indonesia yang bersatu membangun bangsa dan memberi manfaat bagi masyarakat di sekitarnya.

SATU Indonesia Awards, lanjut Djony Bunarto Tjondro, sejalan dengan aspirasi sustainability Astra 2030, terutama terkait upaya Astra menjangkau 2,5 juta penerima manfaat melalui program pengembangan komunitas di 2030.

“Hal ini merupakan wujud komitmen group Astra dengan seluruh anak perusahaan beserta sembilan yayasan sosialnya berkontribusi terhadap sustainable development goals di Indonesia,” tutur Djony Bunarto Tjondro.

Adapun sampai 2021 lalu, Astra telah mengapresiasi 493 anak muda di seluruh Indonesia, terdiri dari 81 penerima penghargaan tingkat nasional dan ada 412 penerima penghargaan tingkat provinsi di lima bidang yaitu kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi. Kemudian, penggerak di 133 Kampung Berseri Astra atau 930 Desa Sejahtera Astra yang tersebar di seluruh Indonesia.

Salah satunya Nazamuddin Siregar. “Saya sangat berterimakasih kepada Astra yang sudah memberikan apresiasi kepada kami. Dengan apresiasi tersebut kami menjadi semakin semangat dan semakin dikenal banyak kalangan. Tentunya memudahkan untuk mensosialisasikan gerakan peduli lingkungan ini,” ucap Nazamuddin.

Harapannya, gebrakan ini bisa bertahan dengan akar yang kuat. Ia optimis jika gerakan atau ide bengkelsampah bisa terus berjalan, permasalahan sampah di daerah akan dapat teratasi. Intinya, yang harus dibangun terlebih dulu adalah mindset masyarakatnya, yakni sampah adalah uang. Ketika mindset sudah berakar kuat, maka setiap warga tidak lagi akan membuang sampah sembarangan.

Nazamuddin juga berharap semakin banyak stakeholder (pemerintah, perusahaan) yang bisa memberi akses untuk berkembang, baik dari segi finansial dan fasilitas. Tentunya ini untuk memudahkan seperti dirinya menyebarkan kebaikan.

“Mari kita sebarkan kebaikan ini. Walaupun sebenarnya urusan sampah adalah urusan pemangku kebijakan, namun tidak salah jika ada pemuda yang berinisiatif kita dukung agar bisa menjadi contoh bagi pemuda lainnya,” tegasnya.

Ia berkeinginan, di daerahnya ada wadah untuk pemuda berkolaborasi, berimajinasi, dan berkreatifitas yang tidak membatasi ide-ide positif.

“Insya Allah bengkelsampah ingin menggapai itu. Kami ingin menjadi fasilitas untuk pemuda-pemudi kreatif di daerah,” tuturnya.

Lembah Lubuk Raya

Desa Lembah Lubuk Raya adalah desa yang terletak di kaki gunung Lubuk Raya. Desa ini hanya 20 menit perjalanan dari Padang Sidempuan, ibukota Padang Sidempuan, Sumatera Utara. Namun desa ini masuk ke pemerintahan Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) yang jarak perjalanannya menghabiskan sekitar 90 menit ke Sipirok, ibukota Tapsel.

Di desanya, Lembah Lubuk Raya, rata-rata masyarakatnya bermata pencaharian di bidang pertanian, seperti petani padi, salak, karet, dan buah-buahan. Namun yang paling banyak adalah petani salak. Desa lembah lubuk raya sendiri terdiri dari tiga dusun, yakni Dusun Tambiski, Padang Julu, dan Pintubatu.

Nazamuddin lahir pada 28 Maret 1994 dari pasangan Nasaruddin Siregar-Arnidar Ritonga yang merupakan petani sangat sederhana.

Ia mengaku, kerap menitikkan air mata ketika mengenang masa kecilnya. Ia masih ingat betul, kehidupan keluarganya yang serba kekurangan. Sering terlambat “membayar uang sekolah”. Bahkan orang tuanya pun harus mendatangi rumah tetangga, meminjam uang untuk membayar “uang pembangunan sekolah” saat akan masuk ke pesantren jenjang SMP.

Kehidupan serba kekurangan itu, ia alami sampai dirinya duduk di bangku perguruan tinggi. Sebab saat itu, tiga dari empat yang menjadi tanggungan orang tua masih menempuh pendidikan.

Kakaknya, anak pertama sudah menikah. Dia sebagai anak kedua dan adiknya nomor tiga sama sama duduk di bangku kuliah. Adapun adiknya yang nomor empat, saat itu masih di SMA.

Menyelesaikan taman kanak-kanak di TK Bunga Tanjung di Palopat Maria; Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Sihadabuan, Pondok Pesantren Modern Baharuddin; dan lulus dari Madrasah Aliah Negeri (MAN) 2 Padangsidimpuan.

Saat di MAN itu, mulai muncul kepercayaan diri dan wirausahanya. Ketika istirahat atau sebelum dan sesudah jam pelajaran, ia memberanikan diri menjual pulsa dari datu kelas ke kelas yang lain. Tekadnya, kelak bisa menjadi dokter hewan.

Untuk meraih cita-citanya, Nazamuddin memilih Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor (IPB) saat mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau biasa disingkat SNMPTN.

“Saya sudah tes berkali-kali di sejumlah universitas, tetapi semua menolak. Akhirnya saya mendapat informasi dari teman kalau di Riau ada universitas yang masih menerima mahasiswa untuk jalur mandiri,” kenangnya.

Berbeda dari cita-cita awalnya untuk menjadi dokter hewan, di UIN SUSKA Riau ini, ia memilih program studi Teknik Informatika dan Teknik Industri. Nazamuddin bersyukur pada akhirnya diterima di Teknik Industri, meskipun awalnya tidak tahu tentang jurusannya pilihannya ini.

Menginjak semester keenam, ia gemar mengikuti berbagai kompetisi.

“Meski telat, saya mulai hobi mengikuti kompetisi di berbagai kota di Indonesia karena bisa jalan-jalan gratis,” kelakarnya. Kompetisi yang diikuti cukup banyak. Mulai dari lomba essay, karya ilmiah, hingga business plan.

Lomba pertama yang diikutinya berlangsung di Universitas Andalas Padang hingga akhirnya mendapat trofi pertama di Universitas Ibnu Sina, Kota Batam. Keberhasilan mendapatkan trofi ini macu dirinya untuk mengikuti berbagai lomba lainnya. Seperti Universitas Negeri Medan (UNIMED), Sumatera Utara; Universitas Negeri Padang.

Kemudian Institut Pertanian Bogor (IPB) Bogor, Jawa Barat; Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta, bahasa; dan Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH), Kepulauan Riau; Universitas Udayana, Bali; dan Universitas Riau.

Dari hadiah lomba itu mulai menyisihkan uangnya untuk berbisnis keripik salak. Namun, usaha yang diberi nama zalacca_chips ini sempat kehabisan modal dan vakum di tahun 2020.

Ia kemudian memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya. Didorong keprihatinan melihat kondisi sampah di desanya, tekad Nazamuddin semakin bulat mendirikan bengkelsampah, sebagai langkah melakukan perubahan. Pada akhirnya, keinginannya ini terwujud pada Maret 2021.

Abdullah Karim Siregar

Leave a Comment!