Jakarta, PUBLIKASI – Inflasi Sri Lanka menyentuh ke posisi 54,6 persen pada Juni 2022. Tingkat inflasi di atas 50 persen dialami Sri Lanka untuk pertama kalinya.
Data resmi menyebut rekor inflasi kesembilan berturut-turut tersebut terjadi setelah IMF meminta negara bangkrut itu mengendalikan lonjakan harga.
Mengutip AFP, Jumat (1/7), data inflasi diumumkan tepat beberapa jam setelah Dana Moneter Internasional (IMF) mendesak Sri Lanka untuk menahan lonjakan harga dan mengatasi korupsi demi menyelamatkan ekonomi yang bermasalah.
IMF pun baru mengakhiri 10 hari diskusi langsung dengan pejabat pemerintahan Sri Lanka di Kolombo pada Kamis (30/6), menyusul permintaan negara itu untuk meminta dana talangan (bailout).
Pada Mei 2022, Sri Lanka mencatat inflasi 39,1 persen. Angka ini jauh melesat dibandingkan bulanan tertingginya sejak Oktober 2021, yakni 7,6 persen.
Mata uang rupee Sri Lanka telah kehilangan lebih dari setengah nilainya terhadap dolar AS pada tahun ini.
Ekonom Universitas Johns Hopkins Steve Hanke yang melacak kenaikan harga menyebutkan indeks harga konsumen (IHK) naik lebih cepat daripada yang ditunjukkan oleh data statistik.
“Inflasi Sri Lanka saat ini adalah 128 persen, kedua setelah Zimbabwe, yakni 365 persen,” ujar Hanke.
Sri Lanka yang sedang diterpa kekurangan pasokan energi terparah memutuskan menutup sejumlah lembaga-lembaga negara yang tak penting selama dua pekan ke depan, bersama penutupan sekolah demi mengurangi mobilitas masyarakat.
Dikabarkan, 22 juta orang di Sri Lanka telah mengalami kekurangan kebutuhan pokok, termasuk bahan bakar, makanan, dan obat-obatan, selama berbulan-bulan. *Arya