Jakarta, PUBLIKASI – Dalam rangka meningkatkan partisipasi publik untuk memberikan masukan terkait jual beli tenaga listrik lintas negara, Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan (Ditjen Gatrik) menggelar bedah paper pada Kamis, 7 April 2022. Plt. Sekretaris Ditjen Gatrik Ida Nuryatin Finahari menyampaikan hal tersebut saat membuka Bedah Paper berjudul “Kajian Jual Beli Tenaga Listrik Lintas Negara”.
“Diskusi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pemerintah maupun para pelaku usaha dalam menyusun kebijakan, perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan kegiatan jual beli tenaga listrik lintas negara,” ujar Ida.
Ia menyebut paper ini secara ringkas membahas tentang kajian strategis kegiatan jual beli tenaga listrik lintas negara, khususnya ekspor tenaga listrik dari Indonesia ke Singapura, yang ditinjau berdasarkan aspek regulasi maupun aspek tekno ekonomis.
“Pemilihan judul paper ini sangat relevan dengan isu tentang kajian geopolitik ekspor listrik ke Singapura yang sedang menjadi pembahasan secara intensif dalam pengambilan kebijakan di sektor ketenagalistrikan,” tuturnya.
Penulis paper sekaligus narasumber dalam Bedah Paper ini adalah Koordinator Penyiapan Usaha Ketenagalistrikan Gigih Udi Atmo dan Inspektur Ketenagalistrikan Ahli Madya Luky. Untuk menggali lebih dalam dan komperhensif dari sisi akademisi maupun dari sisi praktisi terkait paper ini, acara ini juga menghadirkan Rektor Institut Teknologi PLN Iwa Garniwa sebagai penanggap.
Gigih menjelaskan permodelan pembangkit listrik rendah karbon pada ASEAN Power Grid yang terintegrasi. Mengawali paparannya, ia mengatakan salah satu tujuan dari permodelan ini adalah untuk mengevaluasi sejauh mana interkoneksi jaringan transmisi regional menguntungkan masing-masing negara untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya energi dan mengurangi emisi C02.
“Tingginya carbon price mempengaruhi pemilihan pembangkit listrik dan mendorong jual beli tenaga listrik lintas negara, dan tingkat emisi akan turun menjadi sebsar 719 MtCO2 atau 22% lebih rendah dari Skenario Dasar,” Gigih menjelaskan.
Melengkapi Gigih, Luky menyampaikan pentingnya interkoneksi antar negara ASEAN melalui ASEAN Power Grid.
“Interkoneksi ini diperlukan untuk memanfaatkan potensi EBT (energi baru terbarukan-red) yang besar yang belum dimanfaatkan secara maksimal karena jarak geografis yang jauh dari pusat beban, maupun keterbatasan demand negara setempat sehingga dapat terbentuk sistem tenaga listrik interkoneksi yang andal, bersih, dan saling menguntungkan,” ujar Luky.
Menanggapi kajian mengenai jual beli tenaga listrik negara, Iwa menyebut topik tersebut sangat menarik tapi penuh dengan tantangan. Ia menyebut ekspor impor ini adalah sesuatu yang harus dilakukan secara bijak dan cerdas.
“Kalau bisa kita mengekspor karena kita termasuk negara kaya. Bukan kaya fosil, tapi kaya akan energi terbarukan,” kata Iwa.
Bedah Paper kali ini merupakan acara kedua yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Ditjen Gatrik, setelah Bedah Paper pertama pada September 2021. Kegiatan ini menjadi sarana sharing knowledge dari pegawai Ditjen Gatrik untuk berbagi ilmu melalui karya tulisnya. Melalui acara ini pula, Perpustakaan Ditjen Gatrik ingin mengajak para pegawai dan masyarakat umum untuk meningkatkan literasi, informasi, serta sarana pengetahuan di bidang ketenagalistrikan. (*/Red)