Airlangga Optimis Pemulihan Ekonomi Nasional 2022 Berlanjut

Jakarta, PUBLIKASI – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan optimisme tren pemulihan ekonomi nasional pada 2022 bakal berlanjut.

Airlangga mengungkapkan, peningkatan aktivitas ekonomi dunia itu membuat kenaikan harga komoditas esensial dan berdampak pada kenaikan inflasi global.

“Dalam rangka menjaga tren pemulihan ekonomi nasional, pemerintah akan terus mencermati berbagai risiko pencapaian inflasi tahun 2022, termasuk yang berasal dari imported inflation,” kata Airlangga dalam keterangan tertulisnya, Senin (7/2).

Diketahui IMF dalam publikasi terbaru World Economic Forum, yang dirilis Januari 2022 juga menyampaikan bahwa kenaikan inflasi merupakan salah satu faktor risiko pemulihan ekonomi di tahun 2022.

Berlanjutnya harga energi yang tinggi disertai gangguan rantai pasok telah mendorong peningkatkan inflasi, terutama di Amerika Serikat dan banyak negara Emerging Market and Developing Economies (EMDE). Amerika sendiri menutup 2021 dengan tingkat inflasi menembus 7 persen dan merupakan tertinggi sejak Juni 1982.

Airlangga mengatakan, inflasi Januari 2022 tercatat sebesar 2,18 persen (year on year/yoy). Secara bulanan, inflasi Januari 2022 sebesar 0,56 persen (month to month/mtm). Inflasi Januari 2022 merupakan tertinggi pada periode yang sama sejak 2019.

Capaian Inflasi Januari 2022, dipengaruhi oleh pergerakan pada seluruh komponen inflasi dengan komponen inti menjadi penyumbang andil tertinggi terhadap inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Januari yakni sebesar 0,27 persen. Inflasi inti sebesar 0,42 persen (mtm) dan merupakan tertinggi sejak Agustus 2019.

Sementara secara tahunan, inflasi inti tercatat sebesar 1,84 persen dan juga tertinggi sejak September 2020. Peningkatan inflasi inti pada Januari 2022 terutama disebabkan adanya peningkatan harga komoditas ikan segar, mobil, tarif kontrak rumah dan sewa rumah.

Inflasi Volatile Food (VF) tercatat sebesar 1,30 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi VF bulan sebelumnya sebesar 2,32 persen (mtm) maupun rerata historis bulan Januari empat tahun terakhir sebesar 1,66 persen (mtm).

Karena itu, Airlangga menjelaskan, pemerintah akan terus berkoordinasi dengan Bank Indonesia maupun pemerintah daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah untuk memitigasi berbagai tantangan pencapaian inflasi 2022, baik yang berasal dari global maupun domestik.

“Penguatan program kerja dan strategi kebijakan pengendalian inflasi di level daerah menjadi strategis dalam mendukung pencapaian inflasi nasional tetap terkendali di tengah risiko-risiko yang dihadapi,” ujar Airlangga.

Sinyal optimisme pemulihan ekonomi juga ditambah khususnya dari sektor manufaktur yang semakin menggeliat. Dengan output manufaktur Indonesia ke depan yang diperkirakan semakin bertumbuh, diharapkan prospek permintaan barang ekspor juga akan terus meningkat.

Terlebih, IHS Markit mencatat bahwa pesanan barang ekspor Indonesia di Januari 2022 merupakan rekor kenaikan tertinggi jika dibandingkan dengan periode bulan Januari sejak survei PMI dilakukan. Dalam Laporan purchasing managers’ index (PMI) yang diterbitkan IHS Markit, output sektor manufaktur Indonesia kembali di posisi ekspansif sebesar 53,7 pada Januari 2022, lebih tinggi dari Desember 2021 yang mencapai 53,5.

Dengan demikian, sektor manufaktur melanjutkan level ekspansi selama lima bulan berturut-turut dan masih mengungguli beberapa negara ASEAN seperti Thailand (51,7), Filipina (50,0), dan Myanmar (48,5).

Untuk mengakselerasi kinerja ekspor dan memanfaatkan momentum yang ada, pemerintah akan terus mendorong program hilirisasi komoditas unggulan, seperti CPO, nikel, bauksit, tembaga, hingga timah.

“Di samping itu, investasi pada industri 4.0 juga akan terus ditingkatkan sehingga produk-produk ekspor Indonesia ke depan semakin berdaya saing dan bernilai tambah tinggi,” kata Airlangga. *Arya

Leave a Comment!