Jakarta, PUBLIKASI – Pesawat tempur tak dikenal terbang melintas sekitar Laut Jakarta. Sontak, unsur-unsur KRI Satuan Lintas Laut Militer (Satlinlamil) 1 jajaran Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) dengan Officer Conducting Serial (OCS) KRI Tanjung Kambani-971 langsung mengambil alih komando dan memerintahkan 4 KRI yaitu KRI Mentawai-959, KRI Amboina-503, KRI Teluk Manado-537 dan KRI Teluk Hading-538 untuk membentuk formasi anti serangan udara.
Dalam waktu yang bersamaan, seluruh personel KRI segera meningkatkan derajat kesiagaan serta mengaktifkan seluruh persenjataan dan sensor anti-serangan udara. Semua personel menempati pos tempur di kapal sesuai buku induk tempurnya. Senjata penangkis serangan udara diawaki dan siap ditembakkan untuk melakukan serangan balasan ataupun untuk pertahanan. Pada dasarnya peperangan antiudara ini dilaksanakan untuk melindungi badan utama dari suatu gugus tugas dari kehancuran yang berpotensi terjadi akibat dari serangan musuh. Kehancuran tersebut akan berdampak pada gagalnya tugas pokok gugus tugas.
Aksi ini merupakan skenario latihan Air Defence Exercise (ADEX) atau anti serangan udara KRI jajaran Satlinlamil 1. Latihan ini berlangsung di sekitar Dermaga Pondok Dayung Koarmada I dan Dermaga Beaching, Mako Kolinlamil, Jakarta Utara, Rabu (5/1).
Pada latihan ini, unsur-unsur KRI Satlinlamil 1 melakukan skenario penembakan terhadap pesawat udara tak dikenal yang diasumsikan sebagai pesawat udara lawan. KRI Tanjung Kambani-971 yang ditunjuk sebagai Komando peperangan Anti Udara dan pengendali laporan sergapan udara memberikan simulasi udara melalui jaring komunikasi, selanjutnya seluruh unsur KRI yang terlibat latihan melaksanakan aksi pertahanan udara serta melaksanakan pelaporan sesuai prosedur. Selanjutnya pengawak meriam anti udara mengawaki meriam, mengarahkan dan mengikuti simulasi sasaran udara serta melaksanakan simulasi penembakan apabila memasuki jarak tembak.
Komandan Satlinlamil 1, Kolonel Laut (P) Tarus Rostiyadi menjelaskan bahwa air defence merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu operasi, oleh karena itu prosedur anti serangan udara harus dapat dimengerti dan dilaksanakan dengan baik oleh seluruh prajurit KRI. Untuk menjamin seluruh prajurit paham maka diperlukan latihan yang terus menerus dan berkesinambungan.
Komandan Satlinlamil 1 juga menyampaikan bahwa dalam suatu latihan, dinamika latihan seringkali terjadi. Hal tersebut menyesuaikan adanya perkembangan dan perubahan situasi. Seluruh personel yang terlibat dituntut untuk cepat tanggap, selalu siap siaga dan segera menyesuaikan perubahan situasi kemudian segera mengambil tindakan cepat sehingga situasi dapat terkendali. Untuk dapat beradaptasi dengan cepat, maka perencanaan yang bersifat fleksibel perlu dipersiapkan. (Andi RR)