Jakarta, PUBLIKASI – Direktur Utama Perusahaan Umum (Perum) Bulog Budi Waseso mengatakan bahwa perusahaannya terjerat utang senilai Rp13 triliun.
Utang tersebut dipicu akibat pengadaan cadangan beras pemerintah (CBP) yang mencapai 1,2 juta ton. C adangan beras tersebut merupakan stok hingga minggu ketiga menjelang akhir tahun yang diserap dari petani lokal.
“Utang kita ini Rp 13 triliun, Rp 13 triliun itu di mana utang kita? Ya, itu beras CBP yang 1 juta itu ton, kan berasnya dari utang,” kata Budi dalam konferensi pers dikutip dari Detik Finance, Selasa (28/12).
Ia mengatakan beras CBP sebagai salah satu bentuk penugasan negara harus segera dibayarkan. Apabila tidak, maka Bulog akan merugi dan bunganya akan semakin membengkak.
Namun demikian, beras tersebut baru akan dibayarkan pemerintah ketika sudah tersalurkan kepada masyarakat. Padahal, menurutnya seharusnya pemerintah membayar pengadaan beras tersebut sesegera mungkin.
Mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) tersebut berharap agar ada kepastian dari pemerintah terkait kebutuhan beras CBP setiap tahunnya.
“Kita berharap ke depan ada kepastian. Kalau tadi kebutuhan CBP 800 sampai 850 ribu ton per tahun kalau dengan itu utang kita bisa berkurang Rp 9 triliun. Maka harapannya regulasi yang berubah,” ucapnya.
Bulog dinilai hanya perlu menyiapkan anggaran untuk keperluan distribusi hingga perawatan beras, apabila pemerintah langsung membayarkan beras CBP. Dengan begitu, utang Bulog tidak akan menumpuk. *Arya