Roma, PUBLIKASI – Dalam KTT khusus yang digelar secara virtual pada Selasa (12/10/2021), para pemimpin negara anggota G20 menyatakan akan membantu mengatasi krisis kemanusiaan di Afghanistan. Mereka siap jika harus berkoordinasi dengan Taliban, tanpa secara resmi mengakui pemerintahan Taliban.
“Pada dasarnya, ada kesamaan pandangan mengenai keperluan menangani krisis kemanusiaan di Afghanistan. Sangat sulit melihat bagaimana Anda bisa membantu orang-orang di Afghanistan tanpa melibatkan Taliban, tapi bukan berarti mengakui mereka,” kata Perdana Menteri Italia Mario Draghi, dalam pertemuan khusus pemimpin G20, seperti dikutip Reuters, Rabu (13/10/2021).
Draghi menjelaskan, sebagian besar bantuan akan disalurkan melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Namun, bantuan juga akan datang dari masing-masing negara secara langsung.
Dalam pertemuan virtual itu, diantaranya hadir Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Perdana Menteri India Narendra Modi. Sementara Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia,.Vladimir Putin, tak bergabung.
Ketidakhadiran kedua pemimpin itu dianggap sebagai indikasi perbedaan sikap mereka terhadap isu Afghanistan ini.
Disebutkan, Afghanistan kini dalam kekacauan usai Taliban mengambil alih kekuasaan pada pertengahan Agustus lalu. Dunia masih memantau sikap Taliban setelah mengambil alih pemerintahan, dan sebagian dari mereka menangguhkan bantuan.
Imbas penangguhan itu, harga pangan melonjak, mata uang anjlok, bank kehabisan uang, dan jutaan orang terancam kelaparan.
Dalam pernyataan bersama, para pemimpin G20 juga mengatakan bahwa program kemanusiaan masa depan di Afghanistan harus fokus pada perempuan dan anak perempuan. Taliban juga diminta menjamin keamanan orang-orang Afghanistan yang ingin meninggalkan negara itu.
Selain itu, para pemimpin G20 juga meminta Taliban menangani kelompok-kelompok militan yang beroperasi di luar negeri.
Sebelum pertemuan itu, China menuntut agar sanksi ekonomi terhadap Afghanistan dicabut. Mereka mendesak miliaran dolar aset internasional Afghanistan dicairkan dan diserahkan kembali ke Kabul..Namun, Amerika Serikat dan Inggris menolak seruan tersebut. *AKS