Jakarta, PUBLIKASI – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencatat utang seluruh perusahaan pelat merah tembus Rp1.500 triliun pada 2021.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan meski utang tersebut masih tinggi, tapi lebih baik dibandingkan sebelumnya. Lantaran berbagai langkah efisiensi yang dilakukan oleh kementerian.
Selain itu, modal perusahaan BUMN untuk investasi juga masih besar, melampaui total utang. Sehingga, secara keseluruhan kondisi keuangan BUMN cukup sehat.
“Nah, kembali kita bandingkan dengan investasi itu total utang Rp1.500 triliun dan tentu equity atau modal yang investasi itu mencapai Rp4.200 triliun. Artinya apa? Probabilitas perbandingannya itu kira-kira 35 persen antara utang dengan tentunya equity. Artinya juga kembali sehat,” jelasnya.
Sementara itu, pada tahun lalu, BUMN berhasil mencatatkan penerimaan sebesar Rp2.292,5 triliun atau naik 18,8 persen dibandingkan 2020.
Menurutnya, kinerja penerimaan yang positif ini ditopang oleh lonjakan harga komoditas yang dibarengi dengan volume penjualan karena membaiknya beberapa sektor ekonomi.
Sementara, margin EBITDA meningkat menjadi 20,4 persen pada 2021, terutama disebabkan perbaikan efisiensi pada beban operasional tidak langsung.
Selain itu, tingkat beban bunga pinjaman atau utang BUMN turun dari semula Rp91,5 triliun di 2020 menjadi Rp73,5 triliun pada 2021. Hal ini sejalan dengan restrukturisasi utang dan penurunan tingkat bunga pinjaman yang dilakukan pada tahun lalu.
“Beban bunga utang konsolidasi juga turun karena kita melakukan restrukturisasi dan menurunkan tingkat bunga pada tahun lalu,” kata Erick.
Kondisi ini membawa BUMN mencatatkan laba bersih sebesar Rp124,7 triliun atau naik 838,2 persen dibandingkan 2020 yang terealisasi sebesar Rp13,3 triliun. *Arya