Volkswagen Dituduh Lakukan Perbudakan di Brasil

Jakarta, PUBLIKASI – Perusahaan otomotif terbesar di Jerman, Volkswagen AG, menghadapi tuduhan praktik perbudakan di Brasil pada 1970an dan 1980an ketika negara di Amerika Selatan ini di bawah pengaruh kediktatoran.

AFP menyiarkan dari pemberitaan media lokal televisi publik ARD dan harian Sueddeutsche Zeitung bahwa Volkswagen AG telah dipanggil untuk menghadapi pengadilan perburuhan di Brasilia pada 14 Juni. Ini menyusul pemberitahuan dari pengadilan setempat pada 19 Mei.

Juru bicara Volkswagen AG mengatakan pada AFP mereka menanggapi masalah ini sangat serius. Namun produsen terbesar kedua di dunia itu tak mau berkomentar lebih banyak terkait proses hukum.

Kasus ini dijelaskan mencakup periode 1974-1986 ketika kediktatoran berjaya di Brasil hingga masanya memudar. Militer memerintah di Brasil antara 1964 dan 1985.

Berdasarkan laporan media, pengadilan Brasil sedang memeriksa pengaduan yang menuduh Volkswagen AG menggunakan ‘praktik seperti perbudakan’ dan ‘perdagangan manusia’.

Selain itu produsen ini juga dituduh terlibat dalam ‘pelanggaran hak asasi manusia yang sistematis’.

Pada masa itu dikatakan Volkswagen AG telah merencanakan membangun situs pertanian besar di tepi lembah Amazon untuk perdagangan daging.

Ratusan pekerja harian dan pekerja sementara direkrut buat deforestasi lahan seluas 70 ribu hektare melalui perantara, ini disebut kemungkinan atas persetujuan manajemen pabrik.

Para pekerja dikatakan terkadang menjadi sasaran pelecehan dan kekerasan oleh perantara dan petugas bersenjata.

Ada pula yang mengklaim terjadi penganiayaan terhadap pekerja yang mencoba melarikan diri, bahkan terdapat orang hilang mencurigakan.
Istri salah satu pekerja diperkosa sebagai hukuman. Wanita lain mengklaim anaknya meninggal karena kekerasan.
Ada lebih dari 2.000 halaman kesaksian dan laporan polisi.

“Ini adalah bentuk modern perbudakan,” kata Jaksa Rio de Janeiro, Rafael Garcia, yang bertanggung jawab atas penyelidikan ini.

Dia menggambarkan kondisi kerja tidak manusiawi di lokasi tersebut. Ada pekerja menderita malaria dan beberapa di antaranya meninggal lalu dikubur tanpa memberi tahu keluarganya.

“VW jelas tidak hanya menerimta bentuk perbudakan ini tetapi juga mendorongnya, karena ini adalah tenaga kerja murah,” kata jaksa itu lagi.

Pada 2020 Volkswagen AG menandatangani kesepakatjan bersejarah dengan jaksa negara bagian dan federal di Brasil untuk membayar senilai US$6,4 juta pada saat itu sebagai kompensasi atas perannya dalam masa kekejaman. *Arya

Leave a Comment!