Jakarta, PUBLIKASI – Kementerian Hukum dan Dalam Negeri Singapura serta organisasi Islam negara itu mengkritik penceramah kondang Ustaz Abdul Somad (UAS) usai dirinya mengklaim dideportasi dari negara itu pekan lalu.
Organisasi tokoh muslim Singapura yang tergabung dalam Grup Rehabilitasi Religius (RRG) menyesalkan penceramah yang tak sejalan dengan nilai Islami.
“Grup Rehabilitasi Religius merespons dengan rasa malu dan penyesalan sangat dalam untuk sejawat penceramah yang muncul untuk menguasai dan menyebarkan pandangan yang bertentangan dengan nilai-nilai Islami dan universal terhadap kemanusiaan, belas kasih, rasa cinta syarat terhadap sesama,” demikian pernyataan RRG di unggahan Facebook, seperti dikutip The Strait Times.
Mereka kemudian melanjutkan, “Kami sangat mendukung posisi pemerintah Singapura bahwa pandangan dan orang-orang yang memecah belah tidak memiliki tempat di negara ini.”
RRG merupakan organisasi untuk meredam radikalisme di Singapura. Mereka kerap memberi konseling terhadap sejumlah muslim yang terpapar radikalisme, narapidana teroris, dan mereka yang menyebarkan ekstremisme.
“Kami tak akan membiarkan orang seperti Somad memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengikut lokal atau terlibat dalam aktivitas yang mengancam keamanan dan keharmonisan komunitas kami,” kata Shanmugam saat merespons pengusiran UAS, seperti dikutip The Straits Times.
Shanmugam juga meminta warga Singapura untuk berhati-hati menyikapi keterlibatan pengkhotbah luar negeri dan ajaran yang memecah belah.
“Gunakan penilaian Anda. Anda tahu apa yang menjadikan Singapura maju. Anda tahu apa yang baik untuk diri Anda dan komunitas,” ujarnya.
Kritik lembaga pemerintah dan organisasi Islam Singapura itu muncul usai pendukung UAS membanjiri unggahan pejabat Singapura di kolom komentar.
Para pendukung UAS geram setelah Kemendagri Singapura mengeluarkan pernyataan alasan menolak masuk UAS. Mereka menyebut penceramah itu ekstremis dan menyebarkan segregasi.
Mendengar pernyataan itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menuntut kedutaan Singapura untuk meminta maaf.
Puluhan massa dari Pertahanan Ideologi Sarekat Islam (Perisai) sampai-sampai menggeruduk Kedutaan Singapura di Jakarta menuntut hal serupa.
UAS menjadi sorotan publik usai mengklaim dirinya dideportasi dari Singapura dan mengunggah di Instagram. Padahal, menurutnya, persyaratan dokumen sudah lengkap. *Arya