Ma’ruf Amin Sebut Kasus Stunting di RI Buat Negara Rugi Rp300 Triliun Setiap Tahunnya

Jakarta, PUBLIKASI – Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyebut kasus stunting atau anak gagal tumbuh menyebabkan kerugian Indonesia hingga lebih dari Rp300 triliun setiap tahunnya.

Hal itu Ma’ruf sampaikan saat memberikan sambutan dalam acara Rapat Kerja Nasional Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) yang ke-3.

“Bagi Indonesia, total kerugian akibat stunting mencapai lebih dari Rp300 triliun setiap tahunnya,” kata Ma’ruf, Sabtu (26/3).

Ma’ruf menyebut, selain kerugian materiil negara. Stunting juga menyebabkan kerugian pada pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Ia menyebut, anak yang menderita stunting akan mudah mengalami penyakit tidak menular seperti jantung dan diabetes.

Ma’ruf kemudian melanjutkan, prevalensi kasus stunting di Indonesia saat ini tercatat di 24, persen. Sementara pemerintah menargetkan stunting turun hingga 14 persen pada 2024. Dengan demikian, pemerintah dalam dua tahun ke depan harus mampu menurunkan prevalensi stunting lebih dari 10 persen.

Ia juga menjelaskan bahwa peningkatan akses air minum dan sanitasi menjadi prioritas dalam upaya pemerintah mempercepat penurunan prevalensi stunting di Indonesia. Ditargetkan pada 2024, akses rumah tangga terhadap air minum layak tercapai 100 persen, sedangkan akses rumah tangga terhadap sanitasi layak tercapai 90 persen.

Namun, tren kenaikan cakupan layanan keduanya dalam tiga tahun terakhir ini tidak signifikan, yaitu di bawah tiga persen. Ia menyebut, saat ini, rumah tangga dengan akses air minum layak baru mencapai 90,7 persen, sedangkan akses terhadap sanitasi layak sekitar 80,2 persen.

“Saya optimis, dengan kerja sama dan gotong royong di antara multifaktor, termasuk kalangan tokoh agama, insya Allah kita dapat menurunkan angka prevalensi stunting sesuai dengan target,” ujarnya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya juga mengatakan pengentasan stunting mesti ditangani sejak pra-pernikahan. Edukasi terhadap calon pengantin pun didorong agar tidak terjadi hal seperti itu.

Hal itu dikatakannya saat meninjau langsung pelaksanaan program perbaikan stunting di Desa Kesetnana, Kecamatan Mollo Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, Kamis (24/3) lalu. *Arya

Leave a Comment!