Jakarta, PUBLIKASI – Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono mengatakan pihaknya akan meneliti lebih komprehensif dan menganalisa mendalam terhadap benda asing mirip rudal yang ditemukan seorang nelayan Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Rabu (9/2).
“Melibatkan Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) dan Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Laut (Dislitbangal) maupun tenaga ahli dari perguruan tinggi terhadap benda asing mirip rudal,” kata Yudo dalam keterangan tertulis, Sabtu (19/2).
Berdasarkan keterangan resmi Dinas Penerangan AL, disampaikan pada Jumat (17/2), Danposmat TNI AL Selayar, Letda Laut (E) Siswandoyo bersama sejumlah pihak melakukan peninjauan terhadap benda itu.
Benda asing tersebut kemudian dibawa ke pelabuhan Jampea dan dinaikkan speed untuk diantar ke KRI Fatahillah – 361.
Dari peninjauan sementara, Danlantamanl VI Laksamana Pertama TNI Benny Sukandarai mengatakan benda tersebut bukanlah sebuah rudal. Namun, alat itu adalah Side Scan Sonar (SSS) yang berfungsi untuk mencari data di bawah air laut.
“Ini bukan rudal, ini alat sensor untuk mencari data. Saya yakinkan ini bukan rudal,” kata Benny Sukandari, Sabtu (19/2).
Alat ini kata Benny bisa saja bagian dari kelengkapan persenjataan militer bila akan menggunakan untuk kegiatan taktikal.
“Jadi ada kalanya militer mau menggunakan senjata, tertentu memanfaatkan alat seperti ini untuk mengambil data, untuk kedalaman laut,” jelasnya.
Benny menyebutkan, alat sonar buatan Amerika Serikat ini diperuntukkan untuk menjual belikan data pada hasil rekaman dari Side Scan Sonar tersebut untuk umum.
“Peruntukannya ini kelihatannya bisa diperjualbelikan atau bisa konsumennya untuk umum, karena spesifikasi militer ada sendiri. Tapi, saya tidak berani mengatakan untuk militer atau nir militer. Yang pasti alat ini digunakan untuk mencari data di bawa garis laut,” ungkapnya.
Pihaknya kata Benny sebelumnya juga mengamankan benda yang sama seperti ditemukan nelayan di Kabupaten Kepulauan Selayar ini. Sehingga benda-benda seperti sonar ini harus dapat diantisipasi, karena jalur laut kepulauan Indonesia (ALKI) II yang berada di Selat Sulawesi sangat ramai dilintasi kapal baik di atas permukaan laut maupun di bawah permukaan laut.
“Jadi ini nanti akan diteliti ulang, mudah-mudahan ada manfaatnya. Tentunya juga kita antisipasi dengan dua alat ini ditemukan. Satu yang ditemukan kemarin dan satu kita temukan 10 tahun lalu, Sea Glader yang lokasi penemuannya juga di Kepulauan Selayar. Sehingga banyak kepentingan memanfaatkan area di sekitar perairan laut Selayar. Tentunya kita harus prediksi bahwa kita sudah terbuka oleh kepentingan umum dan militer,” katanya. *Arya