Siap tidak siap, mau tidak mau, zaman terus berevolusi mengikuti kehendak roda waktu. Terlebih di era digital saat ini yang ditandai dengan pelayanan yang serba cepat berbasis teknologi. Persoalannya adalah berapa persen dari elemen bangsa ini yang sudah siap beradaptasi yang mengikuti irama pergeseran peradaban. Berapa persen pula kira–kira yang masih mau dan siap untuk belajar dengan berbagai perangkat dan instrumen yang dimiliki masyarakat yang serba terbatas. Era saat ini faktanya banyak ditandai dengan pesatnya perkembangan digitalisasi yang memunculkan beragam inovasi dan perubahan besar secara fundamental mengubah sistem tatanan dan lanskap yang ada ke cara baru. Meskipun sebenarnya bertujuan mempermudah, tapi coba lihat fakta lain bahwa sebagian masyarakat justeru merasa kesulitan dalam mengikuti aneka lompatan perubahan tersebut.
Kondisi realitas yang masih memiliki gap antara konsep dan fakta, tentu akan menjadi tantangan baru bagi para pemangku kepentingan. Fundamental besarnya terletak pada keterbatasan SDM, anggaran, dan ketidakmerataan infrastruktur teknologi di seluruh tanah air. Padahal perubahan yang sedang dan terus terjadi ini, tidak lagi memberi kesempatan untuk berhenti meski hanya untuk sesaat saja. Waktu terus berputar dan zaman terus bergerak. Semua menuntut penyesuaian, kesiapan dan kesigapan seluruh organisasi publik dan privat di seluruh dunia untuk melakukan perubahan yang dapat dimulai dari titik kepemimpinan digital.
Untuk saat ini yang akan terus berestafet ke masa berikutnya akan memandang Kepemimpinan digital menjadi kunci keberhasilan transformasi digital nasional, mengingat para pemimpin semakin dituntut untuk memiliki kemampuan pengambilan keputusan yang tangkas dan relevan dengan perkembangan era digital. Oleh karenanya, seluruh pemimpin organisasi di setiap tingkatan harus meletakan pengetahuan substantif sebagai elemen dasar yang harus dipenuhi sesegera mungkin. Pengetahuan substantif menstimulasi pemikiran-pemikiran segar, dinamis, dan visioner, serta kesempatan untuk berinteraksi dan bersinergi dengan berbagai pemangku kepentingan dalam ekosistem digital internasional.
Dalam konteks inilah, berulang kali seluruh pemimpin negara maupun pemimpin perusahaan dan pemimpin organisasi lainnya sering menekankan kosa kata yang tidak aneh lagi, yaitu pemenuhan kompetensi SDM yang sesuai dengan tuntutan di eranya masing–masing. Dengan demikian maka, para pemangku kebijakan harus melakukan terobosan–terobosan inovatif, misalnya dalam hal mendorong transformasi digital sebagai perubahan cara hidup baru, memfasilitasi tata kelola e-government dan bisnis digital, menyusun kebijakan atau legislasi untuk mendukung transformasi digital, serta meningkatkan kinerja melalui penyiapan dan pengembangan SDM di bidang digital.
Dalam kerangka kepentingan nasional, hal mendasar yang harus dimiliki adalah “Peta Jalan Digital Indonesia Digital, baik peta jalan jangka pendek, menengah ataupun jangka panjang sebagai pedoman strategis dalam melaksanakan agenda transformasi digital nasional. Peta jalan ini akan menjadi pedoman dalam menahkodai perjalanan pembangunan infrastruktur digital yang bersifat strategis, seperti Infrastruktur Digital (Digital Infrastructure), pemerintahan Digital (Digital Governance), Ekonomi Digital (Digital Economy) dan Masyarakat Digital (Digital Society). Semua ini tentu akan mampu mendorong akselerasi transformasi digital di Indonesia dalam mewujudkan birokrasi berkelas dunia dengan pemanfaatan teknologi secara optimal untuk mendukung tercapainya kesejahteraan masyarakat.
Dengan demikian, setiap organisasi saat ini membutuhkan digital leadership yang berorientasi pada inovasi dan kreativitas agar tetap kompetitif di tengah kancah persaingan yang super ketat. Digital leadership pada dasarnya merupakan kepemimpinan strategis yang memanfaatkan aset digital organisasi untuk mencapai tujuannya. Digital leadership tidak sekadar memperkenalkan penggunaan e-mail, website, dan media sosial sebagai bagian dari pekerjaan empirik, tetapi yang lebih penting adalah memanfaatkan data sebagai aset fundamental. Seorang digital leader dalam proses pengambilan keputusannya akan berbasis pada data. Kepemimpinan digital menitikberatkan transformasi digital bukan pada teknologi itu sendiri, tetapi pada strategi, struktur, budaya, dan kemampuan adaptasi organisasi.
Menurut hasil studi Oxford Economics dan SAP terhadap 4.000 eksekutif dan karyawan di 21 negara, organisasi yang mengadopsi kepemimpinan digital menunjukkan hasil bisnis yang lebih baik dan kinerja keuangannya lebih kuat. Seorang digital leader juga akan memercayai peran data dalam menemukan kandidat terbaik, seperti penggunaan teknologi AI dan algoritma yang dapat membuat keputusan dalam seleksi kandidat berdasarkan kesesuaian kata kunci. Pemimpin digital harus memiliki strategi untuk menjalankan transformasi digital organisasi, misalnya bagaimana mereka melibatkan proses dan budaya organisasi untuk membuat perubahan, dan peran apa yang perlu direkrut untuk terlibat dalam rencana digitalisasi. Di sinilah kemampulan untuk menemukan dan merekrut digital talent yang kualified menjadi sangat penting. Dede Farhan Aulawi